Sebelumnya di tragedi kardus ketukar#2
Aku nangis tersedu-sedu di hadapan pak polisi. Melihat aku membawa sebuah kardus, pak polisipun tanya pada kita “mbak itu kardus yang ketukar isinya apa?”. Jawab aku, “tidak tahu pak, wong kita tahu kardusnya ketukar makanya kita langsung kejar busnya, tapi malah ngga kekejar” (masih dengan cucuran air mata). “kalau gitu saya buka ya…,?” kata pak polisi. “monggo pak…” saya mempersilakan.
Pak polisipun membuka kardus yang ketukar itu, yang notabene kita ngga tahu itu kardus punyanya siapa. “mbak…,isi kardusnya mie instan, kardusnya mbak isinya apa..!!”, kata pak polisi. “hagggh…,mie instan pak??”, aku balik tanya.
“iya mie instan, kardus mba isinya apa?”, tanya lagi.
Karena itu kardus punya temenku (Ety), jadi aku tidak tahu pasti isinya, makanna aku balik tanya pada Ety. (ini dialog antara aku, Ety, dan pak polisi)
Aku : “kardusmu isine apa jenk..,?”
Ety : “isine setrikaan jenk…,”
Aku : “isinya setrikaan pak polisi” (posisiku seperti translater antara Ety dan pak polisi, secara waktu itu Ety diem aja siy…,jd tambah nangis deh aku…)
Pak polisi : “Ooo,, setrikaan ya..,ada detergen ni mbak..,isi kardus mbak apa lagi?”(pak polisi membuka-buka isi kardusnya lagi)
Aku : “apa maning jenk isine?”
Ety : “sandal jenk..”
Aku : “sandal pak polisi”
Pak polisi : “wah…,ya lumayan ya isinya..,trus apa lagi isinya mba?, ni ada ikan laut juga mbak” (sambil ngorek-ngorek kardusnya lagi)
Aku : “isine apa maning jenk..,?”
Ety : “jajanan jenk.,”
Aku : “isinya da jajanan juga pak polisi”
Pak polisi : “lha terus gimana ini, busnya sudah tidak kekejar, jadi kardusnya gimana mbak?”
Aku : “ya..,sudahlah pak..,daripada susah ya itu kardus diterima saja lah, ngga apa-apa lah isinya kaya gitu” (wis lemes juga aku)
Pak polisi : “gitu ya mbak..,daripada ngga dapat apa-apa, kardus ketukarpun diterima saja ya mbak”
Aku : “iya pak. Jadi urusan kita bagaimana ini pak? Pak, kita jangan ditilang ya pak, saya tahu saya salah, tidak membawa SIM, STNK, tapi itu motor pinjem ibu kost pak, pak tolong pak,,,kita jangan ditilang ya pak”. (wajah memelas pisan)
Pak polisi : “iya mbak, tidak ditilang, tapi tidak boleh mengulangi lagi ya mbak, bahaya lho mbak..,”
Aku : “bener pak…? Iya pak, kita tidak akan mengulanginya lagi pak, kita tadi kan memang sedang terburu-buru pak” (tangisanku mulai berhenti)
Pak polisi : “Oo iya, mba ini mahasiswa UNY ya?”
Aku : “kok tahu pak? Tebakannya pinter nih bapaknya.” (sambil cengar-cengir)
Pak polisi : “lha itu di blazer mba ada tulisannya UNY”
Aku : (gubraaaakkkkkk) “iya pak, kita mahasiswa UNY”
Pak polisi : “ya silakan mba langsung pulang ke kost saja, tidak usah mampir-mampir”
Aku : “iya pak, kita langsung pulang ke kost pak. Berarti kita tidak ditilang kan pak?”
Pak polisi :”iya, tidak ditilang mbak..,hati-hati di jalan ya mbak?”
Aku : “okeh pak polisi. Ya sudah pamit nggih pak”. (sambil berjabat tangan).
Aku menstarter motor, dan siap tancap gas pulang ke kost. Dan…….
Aku : “dadahhh….,pak polisi matur nuwun nggih pak”
Pak polisi : “ya..,hati-hati di jalan”
Aku kembali meyusuri jalan ringroad, dan dengan pertanyaan sama pada Ety “jenk,,ngko nek ana perempatan Dongkelan ngomong ya?”. Jawab Ety “iya…,”
Gas motor kutarik dengan penuh semangat, sambil cekakak-cekikik membahas kejadian di pos polisi tadi…,tiba-tiba saja tawa kita terhenti karena melihat gedung yang gedenya segambreng bertuliskan UMY, “Ya Allah,,,nyebut jenk…,nyebut, Astaghfirullahaadzim, ya Allah ya Rabb.,dewek kesasar, bisa-bisane tekan UMY, lha berarti perempatan dongkelan neng ndi jal?” kata aku. “lha iya jenk..,dewek kebablasen tekan UMY..,trus mutere lewat ndi kie?” kata Ety, (secara itu kan di jalan ringroad, jadi tidak bisa muter balik). Ya sudah, mau tidak mau kita bablaskan sekalian sampai menemui jalan yang kira-kira bisa dilalui untuk berbelok.
Sembari ngegas motor aku ngoceh pada Ety “pokoke di mat-mateken nek ana Dongkelan ngomong, ja nganti kebablasen maning”. jawab Ety “iya jenk…,aku we ora reti kenapa bisa kebablasen, apa dewek ditututi syetan ya?”. “hust…,horror ah….,masa dituti syetan siy..”
Setelah kejadian itu setiap ada perempatan, aku menjalankan motornya penuh dengan kehati-hatian dan dengan sepenuh hati sekali karena takut kebablasan lagi.
Akhirnya kita sampai di perempatan yang kita cari, tidak lain tidak bukan dialah perempatan DONGKELAN… melaju ke arah utara sedikit, kemudian belok kiri di bangjo pertama, terus belok kanan di pertigaan pertama, sekitar 75 meter ke arah utara ada rumah dengan cat warna krem, nah itulah kost-kostan kita. Dengan penuh harap-harap cemas kita disambut oleh ibu kost, dan teman-teman kost lain.
Seperti mendapatkan sebuah paket yang istimewa, kita bersama-sama membuka kardus yang ketukar tersebut, dan bersama-sama menikmati ikan laut yang ternyata menyusup di kardus yang tertukar itu. Dan selanjutnya, tidur…,(capek banget rasanya hari itu).
Setelah beberapa hari, kita baru sadar ternyata…eeeee….ternyata waktu kita ditilang itu ya di perempatan dongkelan, yang pada malam itu kita cari-cari dimana letaknya.., ANEH SEKALI….
That’s All……endingnya tragedi kardus ketukar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar