Rabu, 29 September 2021

3.1.9 Koneksi Antar Materi Modul 3.1

3.1.9 Koneksi Antar Materi - Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

Dalam Filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara, Guru adalah “penuntun “ segala kekuatan kodrat (kodrat alam & kodrat zaman) pada anak didik agar sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Makna kata “Penuntun”, dapat dipahami sebagai “Pemimpin Pembelajaran”, yang berpusat pada murid. Sebagai pemimpin pembelajaran, seorang guru hendaknya mampu menggabungkan strategi pengajaran dan pembelajaran  dengan kearifan lokal dan filosofi Pratap Triloka dari Ki Hajar Dewantara “ Ing ngarsa sung tuladha, Ing madya mangun karsa, Tutwuri handayani.”

Pengambilan Keputusan adalah memilih salah satu alternatif dari alternatif yang ada. Dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, tentunya nilai-nilai diri yang tertanam dalam diri guru akan sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan. Sebagai Guru Penggerak ada nilai-nilai yang harus dipegang teguh seperti nilai mandiri, kreatif, inovatif, kolaboratif dan berpihak pada murid, Nilai-nilai tersebut akan dapat menuntun seorang guru dalam mengambil keputusan nantinya. Kolaborasi/kemitraan antara guru dan murid serta pihak-pihak yang terkait dalam proses tumbuh kembangnya anak didik sangat penting dalam proses pengambilan keputusan. Hal ini akan menjamin kepastian bahwa keputusan yang diambil dapat mengakomodasi kepentingan dari semua pihak yang terlibat.

Sebagai seorang guru kita sering dihadapkan pada 2 situasi yaitu situasi dilema etika dan situasi bujukan moral. Perbedaan antara dilema etika dan bujukan moral adalah kalau dilema etika (Benar Vs Benar) yaitu situasi yang terjadi jika seseorang harus memilih diantara 2 pilihan, dimana 2 pilihan tersebut secara moral benar tetapi bertentangan, sedangkan bujukan moral (Benar Vs Salah) adalah situasi yang terjadi jika seseorang harus membuat keputusan antara benar atau salah. Karena etika itu bersifat relatif dan bergantung pada kondisi dan situasi, serta tidak ada aturan baku yang berlaku, maka dalam konteks merdeka belajar, proses coaching akan sangat membantu guru. Melalui proses coaching model TIRTA, Guru dapat membimbing murid untuk memaksimalkan potensinya dalam memilih alternatif/opsi keputusan yang tepat bagi dirinya dan masa depannya .

Ketika guru dan murid menghadapi situasi dilema etika, maka akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan  akan hidup. Secara umum ada 4 paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yaitu :

1.    Individu lawan masyarakat (individual vs community)

2.    Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

3.    Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty) 

4.    Jangka pendek lawan  jangka panjang (short term vs long term)

 

Proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, diperlukan kompetensi sosial emosional seperti  kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan ketrampilan berhubungan sosial (relationship skills). Diharapkan proses pengambilan keputusan dalat dilakukan secara sadar penuh (mindfull), terutama sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada.

Dalam pengambilan keputusan, diperlukan prinsip dan pendekatan sehingga keputusan tersebut merupakan keputusan yang paling tepat dengan resiko yang paling minim. Ada 3 prinsip yang seringkali membantu  dalam menghadapi pilihan-pilihan yang penuh tantangan, yang harus dihadapi pada dunia saat ini, yaitu Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) dan Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Nilai-nilai atau prinsip-prinsip inilah yang mendasari pemikiran seseorang dalam mengambil suatu keputusan yang mengandung unsur dilema etika. Disamping itu untuk memastikan keputusan yang diambil itu benar dan tepat sasaran, maka perlu dilakukan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan pada setiap kasus yang kita hadapi sebagai pemimpin pembelajaran, yaitu :

1) Mengidentifikasi nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi tersebut

2) Menentukan siapa yang terlibat

3) Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dalam kasus tersebut

4) Melakukan Pengujian:

a.       Uji Legal

b.      Uji regulasi/standar

c.       Uji Intuisi

d.      Uji Halaman depan koran

e.       Uji Panutan/idola

5) Melakukan Pengujian Paradigma Benar Vs Salah

6) Menetapkan Prinsip Pengambilan Keputusan

7) Investigasi Opsi Trilema

8) Membuat Keputusan

9) Lihat kembali keputusan dan melakukan refleksi

 

Sabtu, 18 September 2021

3.1.a.7. Demontrasi Kontekstual - Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

Bagaimana Anda nanti akan mentransfer dan menerapkan pengetahuan yang Anda dapatkan di program guru penggerak ini di sekolah/ lingkungan asal Anda?

Sebagai seorang pendidik seringkali dihadapkan dengan kondisi memilih antara dua pilihan yang sangat berat. Guru sebagai pemimpin pembelajaran diharapkan dapat mengambil keputusan yang tepat dan benar serta tidak memihak pada salah satu dari masalah yang sedang dihadapi. Seorang pendidik harus dapat melihat bagaimana persoalan tersebut apakah merupakan dilema etika atau merupakan bujukan moral.

Pada modul 3.1 ini saya mempelajari dilema etika dan bujukan moral, dengan harapan dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk mengambil sebuah keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran.

Ilmu yang saya dapatkan dalam modul ini akan saya bagikan kepada rekan-rekan guru atau teman sejawat di SD Negeri 2 Katerban. Dalam kesempatan tersebut saya akan mencoba untuk berbagi bersama kepada semua anggota komunitas teman guru tentang pengalaman yang sudah saya dapatkan ketika belajar cara pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.

Apa Langkah-langkah awal yang akan Anda lakukan untuk memulai mengambil keputusan berdasarkan pemimpin pembelajaran?

Sebagai makhluk sosial dan sebagai pemimpin pembelajaran dalam pengambilan suatu keputusan tidak akan luput dari dilema etika dan bujukan moral. Dalam hal ini yang harus kita perhatikan adalah apakah kasus tersebut termasuk dilema etika atau bujukan moral. 

Cara mengetahuinya yaitu kita dapat melakukan langkah awal untuk identifikasi masalah agar bisa diketahui bahwa kasus yang dihadapi adalah benar dilema etika atau bujukan moral. Apabila masuk dalam kategori kasus dilema etika maka ada beberapa hal yang perlu kita lakukan untuk mengambil sebuah keputusan, kita harus memperhatikan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah-langkah dalam pengambilan keputusan.

Mulai kapan Anda akan menerapkan langkah-langkah tersebut, hari ini, besok, minggu depan, hari apa? Catat rencana anda, sehingga anda tidak lupa.

Saya akan menerapkan langkah-langkah pengambilan keputusan tersebut setelah saya mempelajari modul ini dan akan berusaha semaksimal mungkin memecahkan suatu masalah yang ada di lingkungan sekolah dengan memperhatikan 9 langkah-langkah yang ada dalam modul ini. 

Ketika Saya mendapatkan ilmu ini dan paham tentang cara pengambilan keputusan sebgai pemimpin pembelajaran, maka saya akan mencoba mempraktikkan dengan kondisi kehidupan sehari-hari yang Saya jalani baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat.

Sebagai seorang pendidik, sangat merasa terbantu dengan penjelasan materi dari modul 3.1 sebab dalam kehidupan sehari-hari sering menemukan dilema, namun belum dapat mengatasi sebuah keputusan dengan baik, terutama saat menemukan masalah belajar pada siswa. 

Melalui semua materi yang telah dipelajari dari modul, sudah seharusnya memberikan keputusan yang bersifat positif sehingga membuat orang-orang di lingkungan Saya merasa nyaman, dan tenang. Hal itu dilakukan juga untuk memerdekakan siswa dalam mencapai keselamatan dan kebahagiaan belajar.

Siapa yang akan menjadi pendamping Anda dalam menjalankan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran? Seseorang yang menjadi teman diskusi Anda untuk menentukan apakah langkah-langkah yang Anda ambil telah tepat dan efektif.

Seseorang yang mendampingi Saya dalam menerapkan atau menjalankan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran dalam lingkungan sekolah tentunya Kepala Sekolah, rekan-rekan sejawat, serta anggota praktisi yang ada di lingkungan sekolah. 

Dalam hal mengukur efektivitas pengambilan keputusan, tentunya Saya dapat melihat dari refleksi Saya setelah melakukan pengambilan keputusan sehingga Saya dapat merasakan bahwa keputusan yang Saya ambil tidak merugikan atau tidak berpihak sebelah karena pengambilan keputusan yang tepat adalah mencari solusi terbaik bagaimana mendapatkan keputusan yang tepat dan benar. 

Pengambilan keputusan yang tepat dalam pemimpin pembelajaran adalah pengambilan keputusan yang mampu menyeimbangkan antara dua pihak atau antara dua opsi yang ada dengan pilihan yang tepat dan benar sehingga tidak merugikan salah satunya.

Dalam mengkritisi suatu pengambilan keputusan atau membuat suatu keputusan yang kreatif, inovatif dan efisien sebagai seorang pemimpin pembelajaran maka sangat penting untuk memraktikkan aspek-aspek apa saja yang perlu dilakukan atau diperhatikan sebelum dan sesudah pengambilan suatu keputusan. Dari pengalaman dan latar belakang tempat kita bekerja yaitu di institusi pendidikan, dilema etika adalah sebuah kasus yang sangat berat yang sering kita hadapi dari setiap kejadian. 

Ketika dilema etika datang dan harus kita hadapi maka kita akan selalu memperhatikan nilai-nilai kebajikan yang mendasarinya namun seringkali bertentangan dengan cinta, kasih sayang, perhatian, kebenaran, kebebasan, keadilan, persatuan, toleransi, tanggungjawab serta suatu penghargaan akan kehidupan.

Disamping itu kita sebagai pemimpin pembelajaran harus menyadari bahwa unsur-unsur tersebut tidak ada aturan baku yang berlaku untuk memutuskan situasi dilema etika karena ini bersifat relatif dan bergantung pada situasi dan kondisi terjadinya suatu kejadian, artinya ada benarnya kita tetap berpegang pada aturan yang berlaku untuk menentukan kebenaran namun ada kalanya kita tidak bisa berpegang pada aturan karena situasi tertentu.

Demikian pula sebaliknya ketika dihadapi pada situasi bujukan moral (benar vs salah), segala sesuatu yang kita lakukan sengaja ataupun tidak sengaja jika salah dengan alasan baik apapun tentang kejadian tersebut maka tetap saja bernilai salah. 

Contohnya pada saat ulangan, ujian, pengerjaan tugas walaupun tujuannya untuk mendapatkan nilai yang bagus yang tentunya merupakan hal yang baik namun tetap saja salah. Kemudian berbohong yang merupakan sebuah tindakan yang salah, walaupun tujuannya untuk kebaikkan tetap saja bernilai salah. 

Maka sebelum melakukan pengambilan keputusan pada situasi yang terjadi pada dilema etika, ada 4 komponen kategori paradigma pengambilan keputusan yang harus kita pahami bersama yaitu :

Individu lawan masyarakat (individual vs community) yaitu bagaimana membuat pilihan antara apa yang benar untuk satu orang atau kelompok kecil, dan yang benar untuk yang lainnya kelompok yang lebih besar.

Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy) yaitu pilihan antara mengikuti aturan tertulis atau tidak. Pilihan yang ada memilih antara keadilan dan perlakuan yang sama bagi semua orang di satu sisi membuat pengecualian pada sesuatu hal karena kasih sayang dan kemurahan hati, di sisi lain, terkadang memang benar untuk memegang peraturan.

Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty) yaitu Kejujuran dan kesetian seringkali menjadi nilai-nilai yang bertentangan dalam situasi dilema etika. Terkadang kita perlu untuk membuat pilihan antara jujur dan berlaku setia pada orang lain.

Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term) yaitu paradigma dimana seringkali perlu untuk memilih antara yang kelihatan terbaik saat ini dan yang terbaik untuk masa yang akan datang. Paradigma ini dapat terjadi pada level personal atau individu dan permasalahan sehari-hari atau pada level yang lebih baik lagi

Berikut adalah 9 Langkah Pengambilan Keputusan:

  1. Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan

  2. Menentukan siapa yang terlibat

  3. Mengumpulkan data fakta-fakta yang relevan

  4. Pengujian benar atau salah (Uji Legal, Uji Regulasi profesionalitas, Uji Intuisi, Uji Halaman Depan Koran, Uji Panutan/Idola)

  5. Pengujian paradigma Benar Lawan Benar

  6. Melakukan prinsip resolusi

  7. Investigasi opsi trilema

  8. Buat Keputusan

  9. Lihat lagi keputusan dan refleksikan


Salam dan bahagia!
Guru Bergerak, Indonesa Maju!

Minggu, 02 Mei 2021

Jurnal Refleksi Mingguan Ke 1 Calon Guru Penggerak

Setelah saya mengikuti aktivitas pembelajaran di modul 1.1 tentang pemikiran Ki Hadjar Dewantara awalnya saya beranggapan bahwa tugas guru adalah mentransfer ilmu kepada siswa agar mereka mengetahui, memahami dan menerapkan semua ilmu yang mereka dapatkan dari saya. Sejak awal saya telah berfikir bahwa pendidikan itu harus berpusat pada siswa, namun saya salah mengartikan mengenai pendidikan yang berpusat kepada siswa, bahwa siswa di berikan ilmu pengetahuan yang banyak namun saya belum memperhatikan sepenuhnya kodrat alam pada siswa yang saya ajarkan.

Ketika saya mempelajari Pemikiran Pendidikan menurut Bapak Ki Hadjar Dewantara, ada banyak hal yang membuat saya sadar ternyata mencintai murid saja tidak cukup, haus akan ilmu saja  masih kurang, menginginkan siswa menjadi sesuatu yang kita inginkan bukanlah tujuan pendidikan, dan serius dalam belajar bukan cerminan siswa memahami apa yang kita ajarkan, bahkan ketika saya berpikir bahwa saya sudah melakukan banyak hal terhadap murid saya bukanlah yang dikatakan dengan berpusat pada murid. Ternyata saya belum banyak paham akan arti pendidikan secara sepenuhnya. 

Seiring berjalannya waktu semoga pemikiran pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara dapat merasuk dalam diri Saya dan menciptakan profil peserta didik Pancasila akan menjadi realita.