Jumat, 11 November 2011

Prinsip Pengembangan Kurikulum

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan yang mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara-cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sedangkan pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, yang mana didalamnya mencakup beberapa hal diantaranya adalah: perencanaan, penerapan dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah langkah awal membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta didik. Penerapan kurikulum atau biasa disebut juga implementasi kurikulum berusaha mentransfer perencanaan kurikulum ke dalam tindakan operasional. Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program yang telah direncanakan, dan hasil-hasil kurikulum itu sendiri. Dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya melibatkan orang yang terkait langsung dengan dunia pendidikan saja, namun di dalamnya melibatkan banyak orang. Seperti: politikus, pengusaha, orang tua peserta didik, serta unsur – unsur masyarakat lainnya yang merasa berkepentingan dengan pendidikan.
Selain harus memperhatikan unsur-unsur diatas, di dalam mengembangkan sebuah kurikulum juga harus menganut beberapa prinsip dan melakukan pendekatan terlebih dahulu, sehingga di dalam penerapannya sebuah kurikulum dapat mencapai sebuah tujuan seperti yang di harapkan. Dan mengenai prinsip-prinsip dan pendekatan itu akan kami jelaskan selengkapnya dalam pembahasan.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam makalah  ini  yaitu :
1.      Apa pengertian dari prinsip pengembangan kurikulum?
2.      Apa saja macam-macam sumber prinsip pengembangan kurikulum ?
3.      Apa saja tipe-tipe dari prinsip pengembangan kurikulum?
4.      Apa saja macam-macam prinsip pengembangan kurikulum?
5.      Bagaimana pengembangan kurikulum ditinjau dari posisi orientasi?
6.      Bagaimana kerangka dasar pengembangan kurikulum?

C.     Tujuan
Makalah ini kami susun dengan tujuan untuk mengetahui :
1.      Pengertian Prinsip Pengembangan Kurikulum.
2.      Sumber-sumber Prinsin Pengembangan Kurikulum.
3.      Tipe-tipe Prinsip Pengembangan Kurikulum.
4.      Contoh Macam-macam Prinsip Pengembangan Kurikulum.
5.      Pengembangan kurikulum ditinjau dari posisi orientasi.
6.      Kerangka dasar pengembangan kurikulum.


BAB II
PEMBAHASAN

1.         Pengertian Prinsip Pengembangan Kurikulum
Secara gramatikal prinsip berarti asas, dasar, keyakinan, dan pendirian. Dari pengertian di atas tersirat makna bahwa kata prinsip itu menunjukan pada suatu hal yang sangat penting, mendasar, harus diperhatikan, memiliki sifat mengatur dan mengarahkan, serta sesuatu yang biasanya selalu ada atau terjadi pada situasi dan kondisi yang serupa. Prinsip memiliki fungsi yang sangat penting dalam kaitanya dengan keberadaanya sesuatu. Dengan menemukenali prinsip dan meperhatikan prinsip, maka akan bisa menjadikan sesuatu itu lebih efektif dan efisien. Prinsip juga mencerminkan tentang hakikat yang dikandung oleh sesuatu, mungkin produk atau proses, dan bersifat memberikan rambu-rambu aturan main yang harus diikiti untuk mencapai tujuan secara benar.
Pengertian dan fungsi prinsip di atas bisa dijadikan dasar untuk menjelaskan arti dan fungsi dari prinsip-prinsip pengembangan kurikulum. Prinsip pengembangan kurikulum menunjuk pada pengertian tentang berbagai hal yang harus dijadikan patokan dalam menentukan berbagai hal yang terkait dengan pengembangan kurikulum, terutama dalam fase perencanaan kurikulum (curriculum planning), yang pada dasarnya prinsip-prinsip tersebut merupakan crri dari hakikat kurikulum itu sendiri.
Esensi dari pengembangan kurikulum adalah proses identifikasi, analisis, sintesis, evaluasi, pengambilan keputusan dan kreasi elemen-elemen kurikulum. Agar dalam proses pengembangan kurikulum itu bisa berjalan secara efektif dan efisien, maka dalam bekerjanya para pengembang kurikulum harus memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum. Dengan merujuk pada prinsip-prinsip pengembangan kurikulum, para pengembang kurikulum akan bisa bekerja secara mantap, terarah, dan dengan hasil yang bisa dipertanggungjawabakan. Produk dari aktivitas pengembangan kurikulum tersebut diharapkan akan sesuai dengan harapan dari masyrakat dan jaman yang akan dilayani kurikulum oleh kurikulum yang dikembangkan tersebut. Selain daripada itu , adanya berbagai prinsip dalam kurikulum dan pengembangannya merupakan suatu cirri bahwa kurikulum itu merupakansuatu area atau suatu lapangan studi (fileld of study) tersendiri.

2.      Macam–macam Sumber Prinsip Pengembangan Kurikulum
Sumber prinsip yaitu dari mana asal muasal terlahirnya suatu prinsip. Setidaknya ada empat sumber prinsip pengembangan kurikulum, yaitu: data empiris (empirical data), data eksperimen (experiment data), cerita atau legenda yang hidup dimasyarakat (folklore of curriculum)   dan akal sehat (common sense) (olive. 1992. Dalam Rudi Susilana. 2006:49). Data empiris merujuk pada pengalaman yang terdokumentasi  dan terbukti efektif, data eksperimen menunjuk pada temuan-temuan hasil penelitian. Data hasil temuan penelitian merupakan data yang dipandang valid dan reliable, sehingga tingkat kebenaran lebih meyakinkan untuk dijadikan prinsip dalam pengembangan kurikulum.
Namun demikian  fakta kehidupan, data hasil penelitian (hard data) itu sifatnya sangat terbatas. Disamping itu banyak data-data lainya yang diperoleh bukan dari hasil penelitian yang digunakan juga terbukti efektif untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan yang kompleks diantaranya yaitu adat kebiasaan yang hidup di masyarakat (folklore of curricuculum) dan hasil pertimbangan dan penilaian akal pikiran (common sense). Bahkan data yang diperoleh dari penelitian sendiri digunakan setelah melalui proses pertimbangan dan penilaian akal sehat terlebih dahulu.

3.      Tipe-tipe Prinsip Pengembangan Kurikulum
Tipe-tipe prinsip pengembangan kurikulum yaitu tingkat validitas dan reabilitas prinsip yang digunakan. Hal ini kaitannya dengan sumber-sumber dari pengembangan kurikulum itu sendiri.  Ada fakta, konsep, dan prinsip yang tingkat kepercayaannya tidak diragukan lagi karena sudah terbukti melalui riset yang berulang-ulang, ada juga data yang sudah terbukti tetapi masih terbatas dalam kasus-kasus tertentu belum bisa digeneralisasikan, dan terdapat pula data yang belum dibuktikan oleh riset tapi sudah terbukti dalam kehidupan dan menurut pertimbangan akal sehat dipandang logis, baik, dan berguna.
Merujuk hal diatas, maka prinsip-prinsip pengembangan kurikulum itu bisa diklasifikasikan menjadi tiga tipe prinsip yaitu anggapan kebenaran utuh atau menyeluruh (whole truth), anggapan kebenaran parsial (partial truth), dan anggapan kebenaran yang masih memerlukan pembuktian (hypothesis). Anggapan meneyeluruh atau utuh (whole truth) adalah fakta, konsep, dan prinsip yang diperoleh dan telah diuji dalam penilitian yang ketat dan berulang sehingga bisa dibuat generalisasi dan bisa berlakukan ditempat berbeda. Tipe prinsip kategori ini tidak akan mendapatkan tantangan atau kritik sudah diyakini oleh orang-orang yang terlibat dalam pengembangan kurikulum.
Anggapan kebenaran parsial (partial truth), yaitu suatu fakta, konsep, dan prinsip yang sudah terbukti efektif dalam banyak kasus tapi sifatnya masih belum  bisa digeneralisasikan. Karena dianggap baik dan bermanfaat tipe prinsip ini bisa digunakan, namun dalam penggunaannya biasanya masih mengundang pro dan kontra. Selanjutnya, anggapan kebenaran yang masih memerlukan pembuktian (hypothesis) yaitu asumsi kerja atau prinsip yang sifatnya tentatif. Prinsip ini muncul dari hasil deliberasi, judgement, dan pemikiran akal sehat. Meskipun memang sangat diharapkan menggunakan tipe prinsip whole truth, akan tetapi tipe prinsip lainnya berguna dan bermanfaat. Sebagaimana halnya dengan prinsip tipe kebenaran parsial, prinsip tipe hypothesis ini juga masih memungkinkan adanya tantangan dalam penggunaan atau  kemungkinan adanya pro dan kontra.
Namun demikian, pada dasarnya kesemua jenis tipe prinsip itu bisa digunakan. Tipe prinsip mana yang mendapatkan penekanan dalam penggunaannya, ini sangat tergantung pada perspektif dari para pengembangan kurikulum tentang kurikulum, itu sendiri.
 
4.      Macam-macam Prinsip Pengembangan Kurikulum
Terdapat banyak prinsip yang mungkin digunakan dalam pengembangan kurikulum. Macam-macam prinsip ini bisa dibedakan dalam dua kategori yaitu prinsip umum dan prinsip khusus.  Prinsip umum biasanya digunakan hampir dalam setiap pengembangan kurikulum dimanapun. Di samping itu, prinsip umum ini merujuk pada prinsip yang harus diperhatikan untuk dimiliki oleh kurikulum sebagai totalitas dari gabungan komponen-komponen yang membangunnya.
Prinsip khusus artinya prinsip yang hanya berlaku ditempat tertentu dan situasi tertentu. Prinsip khusus ini juga merujuk  pada prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan komponen-komponen kurikulum secara tersendiri, misalnya prinsip yang digunakan untuk mengembangkan komponen tujuan, prinsip  untuk mengembangkan komponen  isi kurikulum, dan prinsip-prinsip yang mengembangkan komponen-komponen kurikulum lainnya. Dimana prinsip pengembangan satu komponen dengan komponen lainnya akan berbeda. Terdapat beberapa istilah lainnya yang menunjuk pada apa yang dimaksud dengan prinsip misalnya axioms (Olivia), criteria (Mc Neil dan Zais), basic consideration (Saylor et  al.), dan principle (Tyler).

a.      Prinsip umum
Sukmadinata (2010: 150) menjelaskan bahwa terdapat lima prinsip umum pengembangan kurikulum yaitu prinsip relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, praktis/ efisiensi, dan efektifitas.
1)      Prinsip relevansi
Prinsip relevansi artinya prinsip kesesuaian. Prinsip relevansi ada dua jenis yaitu relevansi eksternal (eksternal relevance) dan relevansi internal (internal relevance) artinya bahwa kurikulum itu harus sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat, baik tuntutan dan kebutuhan masyarakat yang ada pada masa kini maupun kebutuhan yang di prediksi pada masa yang akan datang. Intinya, bahwa kurikulum itu harus bisa menyiapkan program belajar bagi anak untuk menyiapkan anak agar bisa memenuhi harapan dan situasi kebutuhan dan kondisi kehidupan masyarakat tempat dimana ia berada. Agar kurikulum bisa memenuhi konsep relevansi eksternal, seorang pengembang kurikulum harus memiliki pengetahuan dan wawasan tentang kehidupan masyarakat pada masa kini dan masa datang.
Sedangkan relevansi eksternal (eksternal relevance) yaitu kesesuaian antar komponen kurikulum itu sendiri. Kurikulum merupakan suatu sistem yang di bangun oleh sub sistem atau komponen tujuan, isi, metode, dan evaluasi yang ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu, belajar dan kemampuan siswa. Suatu kurikulum yang baik adalah yang memenuhi syarat relevansi internal, yaitua danya koherensi dan konsistensi antar komponennya. Ketidak sesuaian antar komponen-komponen ini akan menyebabkan kurikulum tidak akan bisa mencapai tujuannya secara optimal. Implikasi dari prinsip ini yaitu seorang pengembang kurikulum harus bisa paham betul tentang jenis dan hakikat dari tujuan kurikulum, isi kurikulum, metode pembelajaran, dan sistem evaluasi.
2)      Prinsip fleksibilitas
Prinsip fleksibilitas artinya bahwa kurikulum itu harus lentur, tidak kaku, terutama dalam hal pelaksanaannya. Pada dasarnya kurikulum didesain untuk mencapai suatu tujuan tertentu sesuai dengan jenis dan jenjang pendidikan tertentu. Meskipun demikian dalam hal strategi yag didalamnya mencakup metode atau teknik, kurikulum harus fleksibel. Dalam kurikulum harus terdapat suatu sistem tertentu yang mampu memberikan alternatif dalam pencapaian tujuannya melalui berbagai metode atau cara-cara tertentu yag sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu, tempat dimana kurikulum di terapkan.
3)      Prinsip kontinuitas
Prinsip kontinuitas artinya kurikulum itu dikembangkan secara  berkesinambungan. Kesinambungan ini meliputi sinambung antar kelas, maupun sinambung antar jenjang pendidikan. Hal ini dimaksudkan agar proses pendidikan atau belajar siswa bisa maju secara sistematis, pendidikan pada kelas atau jenjang yang lebih rendah harus menjadi dasar dan dilanjutkan pada kelas dan jenjang yang ada di atasnya.dengan demikian akan terhindar dari tidak terpenuhinya kemampuan prasyarat awal siswa (prerequisite) untruk mengikuti pendidikan pada kelas atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi, juga terhindar dari adanya pengulangan-pengulangan program dan aktivitas belajar yang tidak perlu (negatively over laping) yang bisa menimbulkan pemborosan waktu, tenaga, dan dana. Untuk itu, perlu adanya kerjasama diantara para pengembang kurikulum dari berbagai kelas dan jenjang pendidikan.
4)      Prinsip praktis atau efisiensi
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan aplikabilitasnya di lapangan. Kurikulum harus bisa diterapkan dalam praktek pendidikan sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu. Oleh karena itu dalam proses pengembangan kurikulum, para pengembang kurikulum harus memahami terlebih dahulu situasi dan kondisi tempat dimana kurikulum itu akan digunakan, meskipun gambaran situasi dan kondisi situasi tempat itu tidak detail betul akan tetapi paling tidak gambaran umumnya harus diketahui. Pengetahuan akan tempat ini akan memandu pengembang kurikulum untuk mendesain kurikulum yang memenuhi prinsip praktis, memungkinkan untuk diterapkan.
Salah satu kriterianya praktis itu adalah efisien, tidak mahal. Hal ini mengingat sumber daya pendidikan, personil, dana, fasilitas, keberadaannya terbatas. Meskipun harus memenuhi prinsip murah tetapi tidak diterjemahkan sesuatu yang murahan, akan tetapi merujuk pada pengertian bahwa kurikulum itu harus dikembangkan secara efisien, tidak boros, sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki. Ini menyiratkan bahwa akan terdapat keragaman tingkat kemampuan di berbagai daerah dan sekolah penyelenggara pendidikan yang sifatnya relatif.

5)      Prinsip Efektivitas
Prinsip ini merujuk pada pengertian bahwa kurikulum itu selalu berorientasi pada tujuan tertentu yang ingi dicapai. Kurikulum bisa dikatakan adalah instrumen untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu jenis dan karakteristik tujuan yang ingin dicapai harus jelas. Kejelasan tujuan akan mengarah dalam pemilihan dan penentuan isi, metode dan sistem evaluasi serta model konsep kurikulum yang akan digunakan. Disamping itu juga mengarahkan dan memudahkan dalam implementasi kurikulum. Masih dalam kaitannya dengan prinsip-prinsip umum pengembangan kurikulum, (Olivia. 1992. Dalam Rudi Susilana. 2006: 53) mengajukan sepuluh prinsip. Dalam hal ini menggunakan istilah axioms, untuk mewadahi keragaman tipe prinsip.
Olivia menjelaskan, bahwa apa yang kita sebut dengan sistem pendidikan (termasuk didalamnya kurikulum) semestinya memberikan respon terhadap perubahan kondisi yang terjadi pada supra sistem yaitu masyarakat. Perubahan kurikulum merupakan sesuatu yang normal, bahkan diperlukan sebagai konsekuensi adanya perubahan lingkungan. Sekaitan itu, pengembang kurikulum memiliki tanggung jawab mengupayakan perbaikan kurikulum yang sifatnya berkelanjutan (continous improvement in curriculum).
Tugas dan tanggung jawab pengembang kurikulum akan dipermudah jika mengikuti prinsip-prinsip pengembangan kurikulum. Dalam hal ini, Olivia mengajukan sepuluh prinsip (axioms) pengembangan kurikulum yaitu:
a)      Perubahan kurikulum adalah sesuatu yang tidak dapat dihindarkan dan bahkan diperlukan.
b)      Kurikulum merupakan produk dari masa yang bersangkutan.
c)      Perubahan kurikulum masa lalu sering terdapat secara bersamaan bahkan tumpang tindih dengan kurikulum yang terjadi masa kini.
d)     Perubahan kurikulum akan terjadi dan berhasil sebagai akibat dan jika ada perubahan pada orang-orang atau masyarakat.
e)      Pengembangan kurikulum adalah kegiatan kerjasama kelompok.
f)       Pengembangan kurikulum pada dasarnya adalah proses menentukan pilihan dari sekian alternatif  yang ada.
g)      Pengembangan kurikulum adalah kegiatan yang tidak akan pernah berakhir.
h)      Pengembangan kurikulum akan berhasil jika dilakukan secara komprehensif, bukan aktifitas bagian per bagian yang terpisah.
i)        Pengembangan kurikulum akan lebih efektif jika dilakukan dengan mengikuti suatu proses yang sistematis.
j)        Pengembangan kurikulum dilakukan berangkat dari kurikulum yang ada.
Jika kita bandingkan antara prinsip umum pengembangan kurikulum dari Sukmadinata dengan Olivia tampak bahwa masing-masing memiliki penekanan dan perspektif yang berbeda akan tetapi tidak bertentangan. Prinsip dari Sukmadinata, dalam pandangan penulis, lebih menekankan pada entitas kurikulum, sedangkan pada prinsip Olivia selain berkaitan dengan entitas kurikulum (khususnya pada aksioma point a sampai d) juga menyangkut prinsip proses pengembangannya (point e hingga point j).

b.       Prinsip Khusus
Sebagaimana telah disebutkan dimuka, bahwa prinsip khusus berkenaan dengan prinsip yang hanya berlaku ditempat tertentu dan situasi tertentu. Prinsip khusus ini merujuk pada prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan komponen-komponen kurikulum secara khusus (tujuan, isi, metode dan evaluasi) satu wilayah dengan wilayah lainnya, satu jenis jenjang pendidikan dengan jenis dan jenjang pendidikan lainnya memiliki karakteristik yang berbeda dalam beberapa aspek.
Perbedaan ini tentu bisa mengakibatkan adanya penggunaan prinsip-prinsip yang khas sesuai dengan situasi dan kondisi setempat dan karakteristik jenis dan jenjang pendidikan tersebut. Disamping prinsip-prinsip umum yang dijelaskan dimuka. Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum khusus lainnya yaitu merujuk pada prinsip-prinsip pengembangan komponen-komponen kurikulum, yang mana antara satu komponen dan komponen lainnya memiliki prinsip yang tidak sama. Dibawah ini akan diuraikan beberapa prinsip pengembangan kurikulum khusus yang berkaitan dengan pengembangan komponen-komponen kurikulum merujuk pada tulisan Sukmadinata (2010: 152).
1)      Prinsip yang berkenaan dengan tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan mencakup tujuan yang bersifat umum atau jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek (khusus). Perumusan tujuan pendidikan bersumber pada:
a)      Ketentuan dan kebijakan pemerintah, yang dapat ditemukan dalam dokumen-dokumen lembaga negara mengenai tujuan, dan stategi pembangunan termasuk di dalamnya pendidikan.
b)      Survai mengenai persepsi orang tua/ masyarakat tentang kebutuhan mereka yang dikirimkan melalui angket atau wawancara dengan mereka.
c)      Survai tentang pandangan para ahli dalam bidang-bidang tertentu, dihimpun melalui angket, wawancara, observasi, dan dari berbagai media massa.
d)     Survai tentang manpower (sumber daya manusia/ tenaga kerja).
e)      Pengalaman Negara-negara lain dalam masalah yang sama.
f)       Penelitian

2)      Prinsip yang berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan
Beberapa pertimbangan yang perlu dilakukan untuk menentukan isi pendidikan/kurikulum, yaitu:
a)      Perlu penjabaran tujuan pendidikan/pengajaran ke dalam perbuatan hasil belajar yang khusus dan sederhana. Makin umum suatu perbuatan hasil belajar dirumuskan semakin sulit menciptakan pengalaman belajar.
b)      Isi bahan pelajaran harus meliputi segi pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
c)      Unit-unit kurikulum harus disusun dalam urutan yang logis dan sistematis. Ketiga ranah belajr, yaitu kognitif, sikap, dan keterampilan, diberikan secara simultan dalm urutan situasi belajar. Untuk hal tersebut diperlukan buku pedoman guru yang memberikan penjelasan tentang organisasi bahan dan alat pengajaran secara lebih mendetail.

3)      Prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menentukan kegiatan proses belajar mengajar:
a)      Apakah metode/teknik belajar mengajar yang digunakan cocok untuk mengajarkan bahan pelajaran?
b)      Apakah metode/teknik tersebut memberikan kegiatan yang bervariasi sehingga dapat melayani perbedaan individual siswa?
c)      Apakah metode/teknik tersebut dapat memberikan urutan kegiatan yang bertingkat-tingkat?
d)     Apakah metode/teknik tersebut dapat menciptakan kegiatan untuk mencapai tujuan kognitif, afektif, dan psikomotor?
e)      Apakah metode/teknik  tersebut lebih mengaktifkan siswa, atau mengaktifkan guru atau kedua-duanya?
f)       Apakah metode/teknik tersebut mendorong berkembangnya kemampuan baru?
g)      Apakah metode/teknik tersebut menimbulkan jalinan kegiatan belajar di sekolah dan di rumah, juga mendorong penggunaan sumber belajar yang ada di rumah dan masyarakat?
h)      Untuk belajar keterampilan sangat dibutuhkan kegiatan belajar yang menekankan “learning by doing” disamping “learning by seeing and knowing”.
4)      Prinsip berkenaan dengan pemilihan media atau alat pengajaran
Beberapa prinsip yang dapat dijadikan pegangan untuk memilih dan mengunakan media dan alat bantu pembelajaran.
a)      Alat/media apa yang diperlukan? Apakah semuanya sudah tersedia? Bila alat tersebut tidak ada, apakah ada penggantinya?
b)      Kalau ada yang harus dibuat, hendaknya memperhatikan bagaimana membuatnya, siapa yang membuat, pembiayaannya, serta waktu pembuatannya?
c)      Bagaimana pengorganisasian alat dan bahan pelajaran, apakah dalam bentuk modul, paket belajar, dan lain-lain?
d)     Bagaimana pengintegrasiannya dalam keseluruhan kegiatan belajar?
e)      Hasil yang terbaik akan diperoleh dengan menggunakan multi media.

5)      Prinsip yang berkenaan dengan penilaian
Penilain merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembelajaran. Setidaknya ada tiga fase yang harus diperhatikan ketika merencanakan alat penilaian, menyusun alat penilaian, dan pengelolaan hasil penilaian. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam fase perencanaan penilaian yaitu:
a)      Bagaimanakah karakteristik kelas, usia, tingkat kemampuan kelompok yang akan di tes?
b)      Berapa lama waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan tes?
c)      Apakah tes tersebut berbentuk uraian atau pilihan?
d)     Berapa banyak butir tes yang perlu disusun?
e)      Apakah tes tersebut diadministrasikan oleh guru atau murid?
Dalam penyusunan alat penilaian sebaiknya mengikuti langkah-langkah berikut:
a)      Rumusan tujuan-tujuan pendidikan yang umum, dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
b)      Uraikan ke dalam bentuk tingkah laku murid yang dapat diamati.
c)      Hubungkan dengan bahan pelajaran.
d)     Tuliskan bitir-butir tes.
Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan hasil penilaian.
a)      Norma penilaian apa yang akan digunakan dalam pengelolaan hasil tes.
b)      Apakah digunakan formula guessing?
c)      Bagaimana pengubahan skor ke dalam skor masak?
d)     Skor standard apa yang akan digunakan?
e)      Untuk apakah hasil tes digunakan?

5.      Pengembangan Kurikulum Ditinjau dari Posisi Orientasi
Pengembangan kurikulum ditinjau berdasarkan posisi orientasi sebagaimana dikemukakan oleh Miller dan Seller (dalam Achasius Kaber. 1988) yang lebih lanjut menjadi dasar klarifikasi model pengembangan. Menurut Miller dan Seller ada tiga posisi pengembangan:
a.       Posisi Transmisi
Dalam posisi ini fungsi pendidikan mewariskan fakta, keterampilan, sikap anak. Secara khusus model transmisi mengutamakan penguasaan pengetahuan bersumber pada mata pelajaran, penggunaan buku teks, penguasaan keterampilan agar dapat berfungsi pada masyarakat. Model ini mendorong penerapan perencanaan yang mekanistik dimana perkembangan tingkah laku anak diperoleh melalui strategi mengajar yang spesifik. Dalam posisi ini nampak gerakan satu arah dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap dan dapat digolongkan berdasar pandangan yang atomistik, di mana realitas dilihat sebagai unsur yang terpisah atau tersendiri.
Akar dari posisi ini berdasarkan positivisme logis yang berpandangan bahwa realitas dapat dipisahkan atas unsur-unsur yang dapat dianalisis dan diverifikasi. Dalam psikologi posisi ini dapat digolongkan pada Behaviorisme karya Thorndike dan Skinner yang menganalisis tingkah laku dalam spesifik respons yang dapat diramalkan dan dapat dikontrol. Dalam sosiologi posisi ini dapat dihubungkan dengan pandangan sosiologi tradisional yang menghendaki pewarisan nilai-nilai.

b.      Posisi transaksi
Dalam posisi transaksi, individu dipandang mampu memecahkan masalah secara inteligen. Pendidikan dipandang sebagai proses dialogis antara anak dan kurikulum, melalui proses dimana anak merekonstruksi pengetahuan dan pengalamannya. Aspek sentral dari posisi ini adalah strategi kurikulum yang memperlancar pemecahan masalah dalam konteks kemasyarakatan dan kehidupan yang demokratis, pengembangan keterampilan kognitif lewat pelajaran.
Dasar filosofis posisi ini berasal dari aliran Progresivisme yang menegakan perkembangan intelegensi melalui pemecahan masalah. Ditinjau dari psikologi posisi ini berakar pada teori perkembangan kognitif Piaget dan Kohlberg.

c.       Posisi Transformasi
Posisi transformasi disebut juga metaorientasi yang memuaskan perhatian pada perkembangan pribadi dan sosial. Posisi ini lebih mengarah lagi pada tiga orientasi berikut :
1)      Mengajar keterampilan kepada anak untuk meningkatkan transformasi pribadi dan sosial (orientasi humanistik dan perubahan sosial).
2)      Pandangan bahwa perubahan sosial sebagai gerakan menuju keharmonian dengan lingkungan, bukan sekedar mengendalikan lingkungan.
3)      Memberi arti atau dimensi spiritual terhadap lingkungan dimana lingkungan diakui, dihargai atau dihormati (orientasi transpersonal).
Posisi ini berakar dari aliran romantik Rousseau, Frobel, Tolstoy, A.S. Neill, dan John Holt. Aliran ini memandang kodrat anak untuk mekar tanpa rintangan.
Posisi ini berakar juga pada aliran sosiologi yang memandang tugas sekolah tidak hanya untuk kepentingan ekonomi tetapi juga untuk perubahan sosial, dipelopori oleh Michael Apple dan Fraire dari Brazil.
Secara filosofis posisi transformasi berakar dari filsafat eksistensialisme, faham transendental dan mistik. Dari sudut psikologi kita dapati pengaruh psikologi humanistik dan psikologi transpersonal yang menekankan perkembangan pribadi (ego) dan perkembangan spirit.
Dengan mengenal orientasi di atas guru dapat mengetahu posisi-posisi kurikulum dan dapat melihat bagaimana pendekatannya dalam strategi belajar mengajar. Ketiga posisi di atas memberi kerangka dasar dalam pengembangan kurikulum. Para pembina dapat menggunakan pengetahuan tersebut untuk mempertimbangkan pendekatan yang dipakai dan untuk menyusun pedoman. Posisi kurikulum tersebut dapat dipakai sebagai wahana pengembangan staf, misalnya metaorientasi dapat mendorong para perencana untuk mengkaji berbagai filsafat secara menyeluruh.

6.      Kerangka Dasar Pengembangan Kurikukum
Kerangka dasar pengembangan kurikulum yaitu mulai dari perencanaan, implementasi dan evaluasi. Secara khusus dan mendalam akan dibahas pula dalam bab-bab tersendiri.
a.       Perencanaan
Dalam proses perencanaan pembina kurikulum atau guru mulai dengan mengembangkan pedoman atau menetapkan bahan untuk kurikulum sekolah yang meliputi :
1)      Menetapkan tujuan: Tujuan mencerminkan semua posisi kurikulum. Posisi transmisi mengutamakan tujuan spesifik (behavior) posisi transaksi menekankan perkembangan kognitif, inteligensi, sedangkan posisi transformasi mengutamakan keperluan pribadi, eksperimen, realisasi diri, dan pendekatan multidimensional.
2)      Identifikasi bahan yang cocok : Pembina kurikulum menetapkan bahan yang cocok dan menetapkan kriteria untuk itu. Pandangan filosofis, psikologis, orientasi sosial, minat siswa dan manfaat bahan dapat dipaka sebagai kriteria pokok
3)      Pemilihan strategi belajar mengajar : Strategi belajar mengajar dapat dipilih dengan berbagai kriteria meliputi orientasi, tingkat kesulitan, pengalaman guru, minat siswa. Dalam posisi transmisi mengajar cenderung berstruktur berulang, dan spesifik. Dalam orientasi transaksi berpusat pada strategi yang memperlancar belajar dengan penyelidikan atau eksperimen dan lebih terbuka. Dalam orientasi transformasi strategi cenderung membantu anak berkomunikasi dengan dirinya dan dengan dunia luar. Untuk itu perlu dilakukan meditasi, perenungan terpimpin.

b.      Implementasi
Implementasi sering kurang diperhatikan oleh ahli-ahli teori kurikulum. Implementasi dihubungkan dengan pengajaran, dan melupakan dampak multi dimensional dan perubahan yang kompleks. Fullan, 1982 (dalam Achasius Kaber. 1988) menyatakan kurikulum dapat mengalami perubahan dalam tiga tingkat :
1)      Bahan : menggunakan alat pelajaran baru, bahan yang direvisi atau teknologi pendidikan.
2)      Strategi pendekatan mengajar : praktek, kegiatan strategi yang baru oleh guru.
3)      Keyakinan atau pandangan : asumsi-asumsi, teori baru sesuai dengan pengembangan masyarakat, politik dan sebaganya.
Perubahan menyangkut pola proses, individu yang dilibatkan, peranan baru, adaptasi, fasilitas, nilai etik, dan tanggung jawab profesional. Tujuan implementasi tidak hanya melaksanakan sesuatu yang baru tetapi mengembangkan kemampuan sekolah, sistem sekolah, perkembangan individu untuk mampu memproses inovasi dan revisi.
Implementasi yang efektif sukar terjadi karena implementasi berlangsung dalam lingkungan yang kompleks, sistem sekolah, pola struktur yang telah dikembangkan sebelumnya. Implementasi merupakan suatu proses bukan produk, menyangkut kerjasama berbagai pengalaman, dan rasa ikut mengambil bagian. Ini berarti adanya interaksi antara pembina kurikulum dari guru, yang menuju adaptasi bersama. Implementasi pada dasarnya tergantung dari pengembangan profesional, penataran-penataran program baru, tidak cukup dalam waktu yang singkat dan tanpa tindak lanjut.

c.       Evaluasi
Prosedur evaluasi kurikulum mulai dikembangkan dalam dekade terakhir dan meliputi aspek kuantitatif-kuantitatif. Evaluasi merupakan aspek yang kontinyu dimana sebuah data dikumpulkan dan dipertimbangkan untuk meningkatkan kurikulum lebih lanjut.


BAB III
KESIMPULAN

Prinsip adalah sesuatu yang sifatnya sangat penting dan mendasar terlahir dari dan menjadi suatu kepercayaan. prinsip-prinsip pengembangan kurikulum menunjuk pada pengertian tentang berbagai hal yang harus dijadikan patokan dalam menentukan berbagai hal yang terkait dengan pengembangan kurikulum, terutama dalam faseperencanaan kurikulum (curriculum planning), yang pada dasarnnya prinsip-prinsip tersebut merupakan ciri dari hakikat lurikulum itu sendiri.
Setidaknya ada empat sumber prinsip pengembangan kurikulum, yaitu : data empiris (empirical data), data eksperimen (experiment data), cerita /legenda yang hidup di masyarakat (folklore of curriculum), dan akal sehat (common sense). Data empiris dan data eksperimen merupakan data yang dianggap paling terpecaya dibanding legenda dan pertimbangan akal sehat. Sesuai dengan sumber datanya, maka prinsip-prinsip pengembangan kurikulum itu bisa diklasifikasikan menjadi tiga tipe prinsip yaitu anggapan kebenaran utuh atau menyeluruh (whole truth), anggapan kebenaran parsial (partial truth), dan anggapan kebenaran yang masih memerlukan pembuktian (hypothesis). Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum bisa dibedakan  dua kategori yaitu prinsip umum dan prinsip khusus. Prinsip umum biasanya digunakan hampir dalam setiap pengembangan kurikulum dimanapun. Prinsip umum pengembangan kurikulum meliputi prinsip relevansi, fleksibel, kontinyuitas, praktis, atau efisien dan efektifitas.
Prinsip khusus artinya prinsip yang hanya berlaku di tempat tertentu dan situasi tertentu. Prinsip khusus ini juga merujuk  pada prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan komponen-komponen kurikulum secara tersendiri, misalnya prinsip yang digunakan untuk mengembangkan komponen tujuan, prinsip untuk mengembangkan komponen isi kurikulum, prinsip-prinsip untuk mengembangkan media dan alat, serta prinsip untuk menentukan penilaian. Dimana prinsip pengembangan satu komponen dengan komponen lainnya akan berbeda.