Sabtu, 11 Februari 2012

BRAMBANG BAWANG (BAWANG MERAH & BAWANG PUTIH)

SINOPSIS CERITA
BRAMBANG BAWANG (BAWANG MERAH DAN BAWANG PUTIH)
Jaman dahulu kala di sebuah desa tinggal sebuah keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu dan seorang gadis remaja yang cantik bernama bawang putih. Mereka adalah keluarga yang bahagia. Meski ayah bawang putih hanya pedagang biasa, namun mereka hidup rukun dan damai. Namun suatu hari ibu bawang putih sakit keras dan akhirnya meninggal dunia. Bawang putih sangat berduka demikian pula ayahnya.
Di desa itu tinggal pula seorang janda yang memiliki anak bernama Bawang Merah. Semenjak ibu Bawang putih meninggal, ibu Bawang merah sering berkunjung ke rumah Bawang putih. Dia sering membawakan makanan, membantu bawang putih membereskan rumah atau hanya menemani Bawang Putih dan ayahnya mengobrol. Akhirnya ayah Bawang putih berpikir bahwa mungkin lebih baik kalau ia menikah saja dengan ibu Bawang merah, supaya Bawang putih tidak kesepian lagi.
Dengan pertimbangan dari bawang putih, maka ayah Bawang putih menikah dengan ibu bawang merah. Awalnya ibu bawang merah dan bawang merah sangat baik kepada bawang putih. Namun lama kelamaan sifat asli mereka mulai kelihatan. Mereka kerap memarahi bawang putih dan memberinya pekerjaan berat jika ayah Bawang Putih sedang pergi berdagang. Bawang putih harus mengerjakan semua pekerjaan rumah, sementara Bawang merah dan ibunya hanya duduk-duduk saja. Tentu saja ayah Bawang putih tidak mengetahuinya, karena Bawang putih tidak pernah menceritakannya. 
Seperti biasa, Bawang putih membawa bakul berisi pakaian yang akan dicucinya di sungai. Dengan bernyanyi kecil dia menyusuri jalan setapak di pinggir hutan kecil yang biasa dilaluinya. Hari itu cuaca sangat cerah. Bawang putih segera mencuci semua pakaian kotor yang dibawanya. Saking terlalu asyiknya, Bawang putih tidak menyadari bahwa salah satu baju telah hanyut terbawa arus. Celakanya baju yang hanyut adalah baju kesayangan ibu tirinya. Ketika menyadari hal itu, baju ibu tirinya telah hanyut terlalu jauh. Bawang putih mencoba menyusuri sungai untuk mencarinya, namun tidak berhasil menemukannya. Matahari sudah mulai meninggi, namun Bawang putih belum juga menemukan baju ibunya. Dia memasang matanya, dengan teliti diperiksanya setiap juluran akar yang menjorok ke sungai, siapa tahu baju ibunya tersangkut disana. Setelah jauh melangkah dan matahari sudah condong ke barat, Dari kejauhan tampak cahaya lampu yang berasal dari sebuah gubuk di tepi sungai. Bawang putih segera menghampiri rumah itu dan mengetuknya. Ternyata gubuk itu ditempati oleh dua orang nenek tua renta, dan nenek itu meminta Bawang putih untuk tinggal bersamanya.
Selama seminggu Bawang putih tinggal dengan nenek tersebut. Setiap hari Bawang putih membantu mengerjakan pekerjaan rumah nenek. Tentu saja nenek itu merasa senang. Hingga akhirnya nenek memberi hadiah untuk memilih 2 buah labu. Mulanya Bawang putih menolak diberi hadiah tapi nenek tetap memaksanya. Akhirnya Bawang putih memilih labu yang paling kecil.
Sesampainya di rumah, Bawang putih menyerahkan baju merah milik ibu tirinya sementara dia pergi ke dapur untuk membelah labu kuningnya. Alangkah terkejutnya bawang putih ketika labu itu terbelah, didalamnya ternyata berisi emas permata yang sangat banyak. Dia berteriak saking gembiranya dan memberitahukan hal ajaib ini ke ibu tirinya dan bawang merah yang dengan serakah langsun merebut emas dan permata tersebut. Mereka memaksa bawang putih untuk menceritakan bagaimana dia bisa mendapatkan hadiah tersebut. Bawang putih pun menceritakan dengan sejujurnya.
Mendengar cerita bawang putih, bawang merah dan ibunya berencana untuk melakukan hal yang sama tapi kali ini bawang merah yang akan melakukannya. Singkat kata akhirnya bawang merah sampai di rumah nenek tua di pinggir sungai tersebut. Seperti bawang putih, bawang merah pun diminta untuk menemaninya selama seminggu. Tidak seperti bawang putih yang rajin, selama seminggu itu bawang merah hanya bermalas-malasan. Kalaupun ada yang dikerjakan maka hasilnya tidak pernah bagus karena selalu dikerjakan dengan asal-asalan. Akhirnya setelah seminggu nenek itu membolehkan bawang merah untuk pergi. “Bukankah seharusnya nenek memberiku labu sebagai hadiah karena menemanimu selama seminggu?” tanya bawang merah. Nenek itu terpaksa menyuruh bawang merah memilih salah satu dari dua labu yang ditawarkan. Dengan cepat bawang merah mengambil labu yang besar dan tanpa mengucapkan terima kasih dia melenggang pergi.
Sesampainya di rumah bawang merah segera menemui ibunya dan dengan gembira memperlihatkan labu yang dibawanya. Lalu dengan tidak sabar mereka membelah labu tersebut. Tapi ternyata bukan emas permata yang keluar dari labu tersebut, melainkan binatang-binatang berbisa seperti ular, kalajengking, dan lain-lain. Binatang-binatang itu langsung menyerang bawang merah dan ibunya. Itulah balasan bagi orang yang serakah.




PEMERAN
BAWANG MERAH DAN BAWANG PUTIH

No.
NIM
Nama
Peran
1
08108244007
Helina Nariyanti
Bawang Bombay
2
08108244018
Maria Adipuri
Ibu Bawang Merah
3
08108244023
Adul Rahman MS.
Ayah Bawang Putih
4
08108244086
Denok Dwi Setyawati
Bawang Goreng
5
08108244099
Yanuaristi Putri Utami
Nenek Kunir
6
08108244111
Diah Kartika Pratiwi
Bawang Merah
7
08108244113
Erna Herawati
Nenek Kencur
8
08108244114
Dyah Kumala Retno
Ibu Bawang Putih
9
08108244116
Heni Marwahyuningsih
Peri Jahe
10
08108244164
Nul Vera Andika Putri
Bawang Kothong
11
08108244172
Yesi Oktaviana
Bawang Putih
  
SKENARIO CERITA
BAWANG MERAH DAN BAWANG PUTIH

 
Pembukaan
Adegan 1

Latar                       : Rumah Bawang Putih
Keluarga Cemara
Penari : Ayah, Ibu Bawang Putih dan Bawang Putih
Ungu – Doa Untuk Ibu
(Ayah pulang dari berdagang)
Ayah
:
“Putih bagaimana keadaan Ibu nak?”
Putih menoleh, mencium tangan Ayahnya kemudian kembali duduk di samping Ibunya.
Ibu
:
“uhuk..uhuk…uhuk… (batuk-batuk)”
Ayah
:
“Istriku kau baik-baik saja?”
Ibu
:
“Aku tidak apa-apa suamiku ... Uhuk.. uhuk... uhuk...
Berjanjilah padaku untuk menjaga Putih dengan baik.”
Ayah
:
“Iya Istriku, kita akan menjaga Putih bersama-sama. Cepatlah sembuh”
Ibu
:
Bawang putih, uhuk uhuk…
Kerispatih- Mengenangmu
Berjanjilah pada ibu nak, untuk menjadi anak yang baik dan berbakti pada ayahmu... uhuk..uhuk…”
Bawang Putih
:
“iya bu, bawang putih berjanji akan menjadi anak yg berbakti…(sambil menangis)”
Ibu
:
“baiklah,kalau begitu Ibu bisa pergi dengan tenang( mati)”
Bawang Putih
:
“ibu, ibu, ibu….”
Ayah
:
“Istrriikuuuu ... “



Adegan 2
Latar: Rumah
Supermasive Black Hole
Instrumen: Baju Kotor
Bawang Merah
:
“Bu... baju ku kotor semua neeh... udah ga da yang bersih, ga da yang nyiapain apa ?”
Ibu Bawang Merah
:
“Kamu kenapa sieh... pagi-pagi ko sudah ngomel...”
Bawang Merah membawa bajunya ke ibunya.
Bawang Merah
:
“Liat niech bu’... baju ku kotor semua bau lagi...!”
Ibu Bawang Merah
:
“Mana-mana ! Ibu Liat, iech... beneran kotor semua. Baju Ibu juga pada kotor semua... Mana Bawang Putih? Udah-udah biar ibu yang nyuruh Bawang Putih buat nyuci... Bawang Putih... Bawang Putih... kemana sich? Bawang Putih... ”
(Bawang Putih pun muncul) 
Pirates of Caribbean (instrumen)
Ibu
:
Putih, kemana aja kamu? Dari tadi dipanggil-panggil!”
Bawang Merah
:
“Ga’ punya telinga kali bu!
Bawang Putih
:
“Itu Bu’.... Saya sedang masak air. Maaf tidak dengar bu....”
Ibu Bawang Merah
:
“Alllaeeehhh, alasan aja!! Mentang-mentang sekarang Ayahmu sedang berdagang dan aku menjadi Ibumu semakin ngelunjak ya kamu!!”
Bawang Putih
:
“Tidak bu..”
Ibu Bawang Merah
:
“Heh. Ni, baju pada kotor semua ga’ da yang di pakai, lama-lama kita ga pakai baju nich. Sekarang kamu pergi ke sungai, bawa semua baju ini dan ga pake lama!”
Bawang Merah melempar baju kotor ke Bawang Putih
Bawang Merah
:
“Niech cuci semua, awas kalau ada yang rusak!”
Bawang Putih Mengambil dan langsung pergi menuju sungai dengan rasa sedih...




Adegan 3
Latar : Sungai
Nari : Bawang Putih, Bawang Bombay, Bawang Kothong dan Bawang Goreng
Gemericik Air
Sampai di sungai Bawang Putih bertemu dengan Bawang Bombay yang sedang mencuci.
Bawang Bombay
:
“Hai Bawang Putih, nyuci juga ya?”
Bawang Putih
:
“Iya…”
Bawang Bombay
:
“Wah, banyak sekali cucianmu, pasti baju kotornya Bawang Merah dan Ibu tirimu”
Bawang Putih
:
“Iya.., nggak apa-apa kok” (dengan tersenyum)
Tiba-tiba datanglah Bawang Kothong dan Bawang Bombay sahabat dari Bawang Merah.
Bawang Kothong
:
“Eh Bawang Goreng, tu si anak yatim lagi nyuci” (mengejek Bawang Putih)
Bawang Goreng
:
“kasian banget ya, udah dtinggal mati ibunya, eh malah sekarang jadi tukang cuci di keluarga Bawang Merah!!”
Bawang Kothong
:
“iya bener, Ah sudah yuk kita pergi. Daripada liatin orang nyuci”
Pergi meninggalkan Bawang Putih dan Bawang Bombay.
Bawang Bombay
:
Sudahlah Bawang Putih, tidak usah didengerin omongan si Kothong dan si Goreng itu, kamu yang sabar ya…”
Bawang Putih
:
“Iya, terima kasih”
Bawang Bombay
:
Kalau begitu aku pergi dulu ya Bawang putih... aku sudah ditunggu ibu di rumah, daaaaaahhhhh…..”
Bawang Bombay pergi meninggalkan Bawang putih, ia merasa sedih, sampai tidak disangka telah menghanyutkan satu buah selendang.
Putih Meratapi Nasibnya
Bawang Putih
:
“Seandainya orang tua kandung ku masih hidup, hidupku mungkin tak sesedih ini.”
Bawang Putih menyanyi...

Adegan 4
Latar: Rumah Nenek
Gambang Suling
Penari: Nenek Kunir, Nenek Kencur, Ibu Bawang Putih dan Peri
Nenek-nenek sedang nembang lagu. Mendengar suara itu, Putih datang dan mohon ijin untuk menginap.
Bawang Putih
:
Permisi…!”
Nenek 1
:
Siapa kamu Nak?”
Bawang Putih
:
Saya Bawang putih nek. Tadi saya sedang mencari selendang saudara  saya yang hanyut. Dan sekarang saya kemalaman. Bolehkah saya tinggal di sini malam ini?
Nenek 2
:
Boleh nak. Apakah selendang yang kau cari berwarna merah?
Bawang Putih
:
“Ya nek. Apa…nenek menemukannya?
Nenek 2
:
Ya. Tadi selendang itu tersangkut di depan rumahku. Sayang, padahal aku menyukai selendang  itu,”
“Baiklah aku akan mengembalikannya, tapi kau harus menemani kami dulu disini selama seminggu. Sudah lama kami tidak mengobrol dengan anak seusiamu, bagaimana?
Peri muncul
Instrumen: Pesan Peri (Nenek)
Peri Jahe
:
“Bawang Putih, lihatlah kedua nenek renta itu, diusianya yang senja mereka harus mengurus dirinya yang tidak lagi memiliki banyak tenaga”
Bawang Putih
:
Lalu apa yang harus aku lakukan Peri?”
Peri Jahe
:
Bantu kedua nenek itu, dan turutilah perintahnya”
Instrumen: Putih di Tempat Nenek
Bawang Putih
:
Baiklah nek, saya akan menemani nenek selama seminggu, asal nenek tidak bosan saja denganku,” Dengan tersenyum.
Instrumen: Putih Memilih Labu
Nenek 1
:
Nak, sudah seminggu kau tinggal di sini. Dan kami senang karena kau anak yang rajin dan berbakti. Untuk itu sesuai janjiku kau boleh membawa selendang saudaramu pulang. Dan satu lagi, kau boleh memilih satu dari dua labu kuning ini sebagai hadiah
Bawang Putih
:
Nek, saya tidak mengharapkan hadiah dari nenek, saya merasa senang bisa menemani nenek disini
Nenek 2
:
ayolah nak, pilihlah salah satu dari dua labu ini “ (memaksa)
Bawang Putih
:
baiklah nek, Saya takut tidak kuat membawa yang besar

Adegan 5
Latar  : di Rumah
Bawang putih pergi ke dapur untuk membelah labu kuningnya. Alangkah terkejutnya bawang putih ketika labu itu terbelah, didalamnya ternyata berisi emas permata yang sangat banyak.
Jreng-Jreng
Bawang Putih
:
aaaaaaaaaarrrgh, ibu ,ibu, ibu….
Ibu
:
ada apa sih teriak teriak!!!
Bawang Putih
:
lihat ini bu, ada banyak sekali emas didalam labu ini.
Bawang Putih cerita
Khayalan Merah
Ibu
:
Sudah.. Sudah.. cepat lakukan seperti apa yang Putih lakukan. Biar kita cepet kaya”
Bawang Merah
:
Siap Bu!
Adegan 6
Bawang Merah pulang membawa Labu.
Tasya-Barisan Musik
Bawang Merah & Ibu
:
Mari kita buka!! 1.2.3!
Jreng-Jreng
Bawang Merah & Ibu
:
aaaaaaaaarrrrrrg apa ini… mengapa isinya bukan emas? Ibu ibu ibu …. aaaaaaaaarrrrrrggggg
           Ternyata bukan emas permata yang keluar dari labu tersebut, melainkan binatang-binatang berbisa seperti ular, kalajengking, dan lain-lain. Putih yang pulang dari membeli sayur, segera menolong mereka.
Ending
Ibu
:
“Putih, terima kasih karena kamu telah menolong kami. Kami tidak tahu apa yang terjadi jika kamu tidak ada.”
Bawang Merah
:
“Maafkan kelakuan kami yang selalu jahat padamu! Bisa saja kamu membiarkan kami mati karena ular-ular tadi. Tapi justru... ”
Bawang Putih
:
“Tidak Merah, Ibu.. Putih tidak pernah merasa dendam pada kalian. Sudahlah.. kitakan keluarga.”
Closing
Narasi : Demikianlah kisah Bawang Merah dan Bawang Putih, Semoga Kalian dapat mengambil hikmahnya. Barangsiapa yang menanam pasti akan menuai hasilnya, Orang yang baik hati akan menuai kebaikan, sedangkan orang yang jahat akan menuai malapetaka. Hendaklah kita selalu berbuat baik kepada siapa saja. Terima kasih.

.…………………………………..SELESAI………………………………