Sebelumnya di tragedi kardus ketukar#2
Aku nangis tersedu-sedu di hadapan pak polisi. Melihat aku membawa sebuah kardus, pak polisipun tanya pada kita “mbak itu kardus yang ketukar isinya apa?”. Jawab aku, “tidak tahu pak, wong kita tahu kardusnya ketukar makanya kita langsung kejar busnya, tapi malah ngga kekejar” (masih dengan cucuran air mata). “kalau gitu saya buka ya…,?” kata pak polisi. “monggo pak…” saya mempersilakan.
Pak polisipun membuka kardus yang ketukar itu, yang notabene kita ngga tahu itu kardus punyanya siapa. “mbak…,isi kardusnya mie instan, kardusnya mbak isinya apa..!!”, kata pak polisi. “hagggh…,mie instan pak??”, aku balik tanya.
“iya mie instan, kardus mba isinya apa?”, tanya lagi.
Karena itu kardus punya temenku (Ety), jadi aku tidak tahu pasti isinya, makanna aku balik tanya pada Ety. (ini dialog antara aku, Ety, dan pak polisi)
Aku : “kardusmu isine apa jenk..,?”
Ety : “isine setrikaan jenk…,”
Aku : “isinya setrikaan pak polisi” (posisiku seperti translater antara Ety dan pak polisi, secara waktu itu Ety diem aja siy…,jd tambah nangis deh aku…)
Pak polisi : “Ooo,, setrikaan ya..,ada detergen ni mbak..,isi kardus mbak apa lagi?”(pak polisi membuka-buka isi kardusnya lagi)
Aku : “apa maning jenk isine?”
Ety : “sandal jenk..”
Aku : “sandal pak polisi”
Pak polisi : “wah…,ya lumayan ya isinya..,trus apa lagi isinya mba?, ni ada ikan laut juga mbak” (sambil ngorek-ngorek kardusnya lagi)
Aku : “isine apa maning jenk..,?”
Ety : “jajanan jenk.,”
Aku : “isinya da jajanan juga pak polisi”
Pak polisi : “lha terus gimana ini, busnya sudah tidak kekejar, jadi kardusnya gimana mbak?”
Aku : “ya..,sudahlah pak..,daripada susah ya itu kardus diterima saja lah, ngga apa-apa lah isinya kaya gitu” (wis lemes juga aku)
Pak polisi : “gitu ya mbak..,daripada ngga dapat apa-apa, kardus ketukarpun diterima saja ya mbak”
Aku : “iya pak. Jadi urusan kita bagaimana ini pak? Pak, kita jangan ditilang ya pak, saya tahu saya salah, tidak membawa SIM, STNK, tapi itu motor pinjem ibu kost pak, pak tolong pak,,,kita jangan ditilang ya pak”. (wajah memelas pisan)
Pak polisi : “iya mbak, tidak ditilang, tapi tidak boleh mengulangi lagi ya mbak, bahaya lho mbak..,”
Aku : “bener pak…? Iya pak, kita tidak akan mengulanginya lagi pak, kita tadi kan memang sedang terburu-buru pak” (tangisanku mulai berhenti)
Pak polisi : “Oo iya, mba ini mahasiswa UNY ya?”
Aku : “kok tahu pak? Tebakannya pinter nih bapaknya.” (sambil cengar-cengir)
Pak polisi : “lha itu di blazer mba ada tulisannya UNY”
Aku : (gubraaaakkkkkk) “iya pak, kita mahasiswa UNY”
Pak polisi : “ya silakan mba langsung pulang ke kost saja, tidak usah mampir-mampir”
Aku : “iya pak, kita langsung pulang ke kost pak. Berarti kita tidak ditilang kan pak?”
Pak polisi :”iya, tidak ditilang mbak..,hati-hati di jalan ya mbak?”
Aku : “okeh pak polisi. Ya sudah pamit nggih pak”. (sambil berjabat tangan).
Aku menstarter motor, dan siap tancap gas pulang ke kost. Dan…….
Aku : “dadahhh….,pak polisi matur nuwun nggih pak”
Pak polisi : “ya..,hati-hati di jalan”
Aku kembali meyusuri jalan ringroad, dan dengan pertanyaan sama pada Ety “jenk,,ngko nek ana perempatan Dongkelan ngomong ya?”. Jawab Ety “iya…,”
Gas motor kutarik dengan penuh semangat, sambil cekakak-cekikik membahas kejadian di pos polisi tadi…,tiba-tiba saja tawa kita terhenti karena melihat gedung yang gedenya segambreng bertuliskan UMY, “Ya Allah,,,nyebut jenk…,nyebut, Astaghfirullahaadzim, ya Allah ya Rabb.,dewek kesasar, bisa-bisane tekan UMY, lha berarti perempatan dongkelan neng ndi jal?” kata aku. “lha iya jenk..,dewek kebablasen tekan UMY..,trus mutere lewat ndi kie?” kata Ety, (secara itu kan di jalan ringroad, jadi tidak bisa muter balik). Ya sudah, mau tidak mau kita bablaskan sekalian sampai menemui jalan yang kira-kira bisa dilalui untuk berbelok.
Sembari ngegas motor aku ngoceh pada Ety “pokoke di mat-mateken nek ana Dongkelan ngomong, ja nganti kebablasen maning”. jawab Ety “iya jenk…,aku we ora reti kenapa bisa kebablasen, apa dewek ditututi syetan ya?”. “hust…,horror ah….,masa dituti syetan siy..”
Setelah kejadian itu setiap ada perempatan, aku menjalankan motornya penuh dengan kehati-hatian dan dengan sepenuh hati sekali karena takut kebablasan lagi.
Akhirnya kita sampai di perempatan yang kita cari, tidak lain tidak bukan dialah perempatan DONGKELAN… melaju ke arah utara sedikit, kemudian belok kiri di bangjo pertama, terus belok kanan di pertigaan pertama, sekitar 75 meter ke arah utara ada rumah dengan cat warna krem, nah itulah kost-kostan kita. Dengan penuh harap-harap cemas kita disambut oleh ibu kost, dan teman-teman kost lain.
Seperti mendapatkan sebuah paket yang istimewa, kita bersama-sama membuka kardus yang ketukar tersebut, dan bersama-sama menikmati ikan laut yang ternyata menyusup di kardus yang tertukar itu. Dan selanjutnya, tidur…,(capek banget rasanya hari itu).
Setelah beberapa hari, kita baru sadar ternyata…eeeee….ternyata waktu kita ditilang itu ya di perempatan dongkelan, yang pada malam itu kita cari-cari dimana letaknya.., ANEH SEKALI….
That’s All……endingnya tragedi kardus ketukar.
Selasa, 29 Maret 2011
Kamis, 24 Maret 2011
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ANAK EGOIS)
BAB 1
PENDAHULUAN
Beberapa ahli psikologi perkembangan mengatakan, masa paling penting dalam membentuk kepribadian seseorang adalah antara 0-5 tahun. Jadi, tidak dalam kandungan maupun setelah masa kanak-kanaknya telah lewat. Selama masa kanak-kanak itulah dasar-dasar kepribadian ditanamkan. Anak yang dilahirkan dengan sejumlah naluri perlu dikembangkan agar dapat hidup dengan baik dan berguna dalam masyarakatnya. Dengan kasih sayang, perhatian, belaian, bercakap-cakap, dan bermain dengan si kecil, secara perlahan-lahan. Selain itu, anak juga perlu diperkenalkan pada nilai-nilai luhur dan kebiasaan yang baik.
Orangtua dan guru perlu melarang hal-hal yang tidak baik, bahkan kalau perlu menghukum jika larangan sudah tidak mempan lagi, sesuai umur anak, dan membimbing anak ke arah yang baik. Anak perlu dilatih untuk menghargai orang lain dan bersikap sopan santun, sambil menerapkan moral yang tinggi di rumah. Seperti jangan asal janji bila tidak bisa memenuhinya, jika kakaknya sedang tidur, ajak anak main tanpa teriak-teriak atau kecilkanlah suara televisi, sambil menyebutkan alasannya (belajar menghargai orang lain dan respek pada kebutuhannya).
Jika orangtua terlalu sibuk, malas, terlalu mengikuti kemauan anak, atau saling bertentangan dalam mendidik anak, anak dapat kehilangan arah, jadi cenderung bersikap "semau gue", alias jadi egois atau mau menang sendiri.
Apakah sikap egois bisa diperbaiki? Jika masih kecil lebih mudah diperbaiki, tetapi, kalau sudah remaja, apalagi dewasa, jauh lebih sukar. Seorang psikolog dan ahli pendidik James Dobson berkata dalam bukunya Dare to Dicipline: "Psikolog yang menghadapi remaja yang tidak mempunyai respek sama sekali terhadap orangtuanya, sebab orangtuanya terlalu memanjakan dia sampai membiarkan anak terus "menang", sampai tidak terkendali lagi, adalah bagai dokter yang berhadapan dengan pasien penderita kanker ganas." Sukar diperbaiki lagi. Untuk itulah dibutuhkan suatu penanganan secara dini untuk mengatasi sifat egois pada anak.
BAB II
LANDASAN TEORI
(Anak Egois)
A. Pengertian Egois
Secara alamiah sifat egois timbul pada anak usia 2 tahun karena pada usia tersebut mereka mempunyai karakter egosentris. Mereka melihat segala sesuatu dari sudut pandangnya dan belum mampu melihat dari kaca mata orang lain. Sehingga seringkali jika mereka menginginkan sesuatu hal, harus dipenuhi saat itu juga. Mereka tidak memperdulikan apakah keinginannya merugikan orang lain atau tidak. Mereka juga tidak peduli jika orang lain menangis akibat perbuatannya mengambil secara paksa dari orang lain. Yang penting apa yang dia inginkan dan apa yang dia suka diperolehnya. Bahkan untuk memuluskan keinginannya, kadang dia mengeluarkan senjata ampuh dengan menangis, bahkan sampai berteriak.
Namun sebaliknya, jika dia mempunyai sesuatu ataupun kesenangan, maka dia enggan berbagi. Dia ingin menikmati sendiri barang yang dimilikinya. Bahkan milik orang lain pun kadang diakui sebagai miliknya jika dia menginginkannya. Dia tidak ingin orang lain mengganggu kesenangannya. Anak egois maunya menang sendiri.
Michele Borba, Ed.D., dalam bukunya Don’t Give Me that Attitude!: 24 Selfish, Rude Behaviors and How to Stop Them menjelaskan bahwa anak-anak yang selfish alias egois adalah anak-anak yang tidak senang menjadi bagian dari sekitarnya. Mereka selalu menginginkan segala sesuatu sesuai dengan cara mereka, meletakkan kebutuhan dan urusan mereka di atas yang lainnya, dan jarang sekali mempertimbangkan perasaan orang lain. Itulah sebabnya, mereka berusaha membuat orangtuanya percaya bahwa perasaan mereka lebih penting dibandingkan perasaan dan kebutuhan orang lain.
Sudah tentu anak egois ini perlu disadarkan dan diperbaiki sikapnya. Anak perlu diingatkan bahwa di samping dirinya, ada juga anak-anak lain yang samasama kita cintai. Ia perlu didorong agar mengembangkan sikap-sikap baik seperti tidak mementingkan diri sendiri, pemurah, dan penuh perhatian.
Menurut Heribertus Gunawan, anak yang egois hanya peduli dengan dirinya sendiri, hanya berfokus pada kesejahteraan dirinya sendiri tanpa peduli orang lain. Anak usia sekolah umumnya masih egosentris karena dunianya masih terpusat pada dirinya sendiri, karena merasa dirinya dan dunia sekitarnya adalah satu.
B. Ciri-ciri Perilaku Egois
Pada anak usia sekolah perilaku egois bila sekali-sekali muncul masih dapat dikatakan wajar, tetapi bila dilakukan dalam frekuensi dan intensitas yang tinggi digolongkan pada perilaku bermasalah. Ciri-ciri perilaku egois yang melebihi batas normal/bermasalah diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Anak kurang mampu mengontrol diri/emosi, cenderung agresif.
2. Harga diri dan empati kurang berkembang.
3. Memiliki sikap penuntut.
4. Kualitas hubungan sosialnya buruk, sulit menjalin relasi dengan anak lain.
5. Memandang orang lain secara negative.
6. Sering merebut mainan / barang yang dipegang oleh temannya.
7. Enggan untuk berbagi kesenangan, mainan, atau makanan dengan orang lain.
8. Suka merajuk atau menangis atau merengek-rengek jika keinginannya tidak segera dituruti.
C. Penyebab Sifat Egois pada Anak
Penyebab perilaku egois biasanya karena perlakuan dan pola asuh orang tua/pengasuh yang tidak tepat (misalnya kasih sayang orang tua yang berlebihan atau kurang, sikap orang tua yang permisif, tidak menanamkan disiplin, moral dan tanggung jawab yang diperlukan anak sebagai pengarah dalam berperilaku). Sifat egois bukanlah sifat bawaan atau keturunan, tapi masalah pembiasaan. Perkembangan sosial seorang anak dipengaruhi oleh lingkungannya, baik dari orang tua maupun orang-orang di sekitarnya. Berikut beberapa faktor mengapa anak bersifat egois :
1. Perhatian yang berlebihan. Pemujaan kepada anak secara berlebihan membuat orang tua memanjakan anak dengan cara memenuhi segala keinginannya. Sehingga anak terbiasa mendapatkan apapun tanpa usaha dan perjuangan terlebih dahulu. Anak juga tidak terbiasa mengembangkan rasa toleransi dan sabar kepada orang lain. Anak tidak diajari untuk menunda kepuasan atau mendapatkan sesuatu sebagai hadiah dari usaha yang keras. Kemudahan mendapatkan sesuatu tanpa perlu usaha membuat anak mengambil kesimpulan bahwa ia bisa mendapatkan apapun yang dia inginkan dengan mudah saat itu juga.
2. Perlindungan yang berlebihan. Dalam menunjukkan rasa sayang kepada anak, seringkali orang tua memberi perlindungan yang berlebih dari berbagai macam kegagalan dan kesalahan. Rasa kekhawatiran yang mendalam juga membuat orangtua menghindarkan anak mereka dari pekerjaan-pekerjaan yang sebenarnya bisa dilakukan anak seusianya. Karena khawatir baju anak kotor, orang tua menyuruh pembantu untuk selalu menyuapi makan. Karena khawatir diganggu teman di taman, orang tua menyuruh pengasuh untuk selalu berada di dekat sang anak dan siap melayani. Maka anak akan terbiasa menyuruh-nyuruh orang seperti yang telah dicontohkan orang tuanya, bahkan untuk pekerjaan-pekerjaan sederhana yang sebenarnya bisa dia lakukan.
3. Anak yang mempunyai kebutuhan-kebutuhan khusus (misalnya anak yang
sering sakit-sakitan), sering kali mendapatkan perhatian khusus. Jika tidak
hati-hati anak seperti ini bisa tumbuh menjadi anak yang egois, karena dia
menganggap semua harus dipusatkan pada dia. Itulah sebabnya salah satu cirri juga anak-anak yang egois adalah dia menganggap diri sebagai kasus khusus, artinya keinginannya harus didahulukan sebab dia merupakan kasus perkecualian.
BAB III
IDENTIFIKASI KASUS
Kasus: Siswa Sekolah Dasar Kelas V yang Egois
A. Gambaran Masalah
Ella adalah siswa kelas V sekolah dasar yang terletak di daerah perkotaan. Ia merupakan anak tunggal dari pasangan orang tua yang mampu. Menurut latar belakang keluarganya Ella merupakan anak yang dinanti-nanti kehadirannya, ia mendapatkan perhatian yang lebih, dan apapun yang diinginkan Ella selalu dipenuhi oleh orang tuanya, sehingga Ella tumbuh menjadi anak yang manja dan apapun yang ia inginkan harus dipenuhinya, keadaan ini dibawanya sampai ke lingkungan sekolahnya.
Di lingkungan sekolahnya Ella sering memaksakan teman-temannya untuk memenuhi apapun yang diinginkannya, termasuk jika ia melihat benda-benda yang menarik baginya, pasti ia akan meminta dengan paksa. Kadang Ella sering meremehkan teman-temannya juga, misalnya senang mengejek saat temannya salah menjawab pertanyaan, dan ia merasa jawabannya sendiri yang paling benar, begitu pula saat berdiskusi pada kegiatan belajar mengajar, apapun yang dikatakannya harus diikuti.
Dengan keadaan ini teman-teman Ella mulai menjauhinya, karena tidak suka dengan tindakan yang dilakukan oleh Ella. Sering terlihat saat istirahat Ella hanya bermain sendiri, tidak ada teman yang menemaninya.
B. Latar Belakang
Setelah menganalisis permasalahan yang dialami oleh Ella, dapat disimpulkan bahwa latar belakang masalah ini yaitu.
1. Ella merupakan anak tunggal di keluarganya dan terbiasa dengan orang tua yang selalu memanjakannya, dan menuruti apa yang selalu diinginkannya.
2. Di lingkungan sekolahnya Ella tidak pernah memahami dan tidak mempunyai rasa toleransi terhadap temannya.
C. Usaha Pemecahan Masalah
Masalah yang dialami Ella menuntut guru pengajarnya yang sekaligus wali kelasnya untuk melakukan konseling pada Ella, karena akhir-akhir ini dia selalu sendiri, dan teman-teman menjauhinya karena sifat egois Ella tersebut. Guru akan memberikan konseling agar Ella tidak bersikap egois lagi kepada teman-temannya. Sehingga diharapkan ia tidak dijauhi lagi oleh teman-teman sekelasnya.
SKENARIO KONSELING
Bel pulang sekolah telah berbunyi, menandakan kegiatan belajar mengajar telah usai. Setelah Bu Diah mengamati Ella yang akhir-akhir ini sering sendiri, dan tidak ada teman yang mau bermain bersamanya, maka Bu Diah memanggil Ella ke ruangannya.
Bu Diah : Ella.., bisakah Ella ikut bersama ke ruangan Ibu sebentar?.
Ella : baik Bu, tapi ada apa ya Bu?
Bu Diah : ya.., nanti kita akan bicarakan bersama.
(Bu Diah dan Ella menuju ruangan Bu Diah)
Bu Diah : ayo duduk dulu La. (Bu Diah menyilakan duduk pada Ella )
Ella : iya Bu, terima kasih.
Bu Diah : kenapa akhir-akhir ini Ibu sering melihat Ella sendirian, seperti tadi saat istirahat, Ella tidak bermain bersama dengan teman-teman?
Ella : dasar teman-teman saja yang menyebalkan, jadi aku sendirian saja.
Bu Diah : kenapa kamu sebal dengan teman-teman? Bukankah akan lebih menyenangkan jika bermain bersama-sama?
Ella : iya si Bu, tapi biarkan saja lah, ngapain juga saya harus memikirkan mereka. Mereka aja tidak memikirkan saya kok bu.
Bu Diah : tapi kamu senang tidak kalau kamu punya banyak teman dan belajar serta bermain bersama dengan teman-teman.
Ella : ya senang si Bu, kan banyak teman jadinya.
Bu Diah : lantas kenapa kamu sering sendiri?
Ella : tidak tahu lah Bu, teman-teman sepertinya menjauhi saya.
Bu Diah : Ella tahu kenapa teman-teman menjauhi Ella?
Ella : ya mana saya tahu bu, tapi emang dasar teman-teman saja yang menyebalkan. Seperti kemarin bu, saya cuma minta gantungan kunci punya Arin aja, masa tidak boleh!! padahal ayah saya juga bisa membeli yang lebih bagus dari pada milik Arin itu.
Bu Diah : mungkin Arin memiliki gantungan kunci itu hanya satu. Atau mungkin itu hadiah dari orang tuanya.
Ella : Tidak Bu. Saya tahu kok. Arin aja yang pelit. (Ella tetap membela diri). Terus kemarin aku cuma minta ditemanin ke kantin bersama Nunung, tidak mau juga. Tuh kan, memang teman-teman yang menyebalkan.
Bu Diah : Ella sebenarnya kamu ingin tidak bersama-sama lagi dengan teman kamu?
Ella : Mmmm….. Iya si bu… Saya kangen dengan teman- teman bu… saya merasa sendirian. Saya merasa dikucilkan. (menunduk)
Bu Diah : Ella, dengarkan Ibu sekarang ya.. lihat ibu. (Ella mulai melihat bu Diah). Ibu memiliki sebuah cerita.
(Bu Diah pun mulai menceritakan cerita tersebut)
Dinda yang Baik Hati dan Ratna yang Egois
Di desa Galungan ada anak yang bernama Dinda, ia berumur 12 tahun dan masih duduk di bangku kelas enam sekolah dasar. Di lingkungan tempat tinggalnya dia dikenal sebagai anak yang baik dan patuh terhadap orang tuanya, ia juga mempunyai banyak teman, termasuk Ratna teman sebayanya. Mereka berdua bersama teman-teman yang lain sering bermain bersama, termasuk saat di sekolah, karena Dinda dan Ratna menempati sekolah yang sama.
Seperti biasanya, yaitu hari minggu Dinda dan teman-temannya bermain bersama, yakni bermain petak umpat. Permainan itu berjalan sangat menyenangkan, dan sampai pada akhirnya Ratna mendapatkan giliaran untuk menjaga, tapi dia tidak mau menjaga, dan bersih kukuh tidak mau. Dengan alasan bahwa menjadi penjaga itu tidak menyenangkan.
Akhirnya Dinda berusaha menjelaskan pada Ratna, kalau dalam permainan petak umpat harus ada yang menjaga dan bersembunyi, dikatakan menjaga apabila dia ditemukan oleh teman yang menjaga sebelumnya. Dan teman yang lainnya bersembunyi. itulah resikonya bermain petak umpet.
Tapi Ratna tetap saja tidak mau menjadi penjaganya, dan hal ini membuat teman-teman yang lain merasa kesal dengan sikap Dinda, namun Ratna mencoba menenangkan teman-teman yang lain. Dinda masih mencoba membujuk Ratna agar mau menjaga dan meyakinkan teman yang lain jika permainan akan berlanjut kembali. Namun tiba-tiba Ratna menyatakan kalau permainan diakhiri saja dan lebih baik diganti permainan baru yaitu bermain monopoli bersama. Hal ini membuat teman-teman yang lain kesal terhadap sikap Ratna yang seenaknya sendiri, termasuk Ririn yang memang sudah merasa capek. Akan tetapi Ratna masih saja memaksa untuk bermain monopoli. Dan akhirnya Dinda memberikan semangat terhadap teman yang lain untuk mencoba permainan monopoli, seperti apa yang diinginkan oleh Ratna.
Dan akhirnya teman-teman menyetujuinya, termasuk Ririn yang sebenarnya sudah merasa capek. Belum selesai permainan Ratna meminta untuk mengakhiri permainan dengan alasan sudah bosan. Dan ini membuat teman-temannya bertambah kesal lagi dengan sikap Dinda yang semakin seenaknya sendiri. Dinda pun menasehati pada Ratna jika permainannya diselesaikan terlebih dahulu, namun Ratna tetap tidak mau karena sudah mulai merasa bosan, malah marah-marah terhadap Dinda yang menganggap Dinda memaksakan kehendaknya padahal dia sudah tidak mau bermain monopoli lagi, dan Ratna pun akhirnya meninggalkan teman-teman dan permainan begitu saja, sementara Dinda dan teman-teman yang lain melanjutkan permainan lagi tanpa Ratna dan tidak terlalu mempedulikan sikap Ratna yang sudah meninggalkan mereka.
Esok paginya, yang biasanya Ratna berangkat sekolah bersama teman-teman, kali ini dia berangkat sendiri, karena teman-temannya sudah berangkat dahulu bersama Dinda. Pulang sekolah pun demikian.
Saat di rumah, Dinda diperintahkan oleh Ibunya untuk membeli gula di pasar, karena Dinda berangkat sendirian Dinda berniat mengajak Ririn untuk menemaninya membeli gula di pasar. Kemudian dia pun pergi ke rumah Ririn, saat tiba di rumah Ririn, Dinda melihat Ririn sedang menjaga adiknya yang masih bayi, maka dia mengurungkan niatnya untuk minta ditemani ke pasar, dan akhirnya dia pergi ke pasar sendiri.
Disaat yang bersamaan Ratna mengalami kesulitan dalam mengerjakan PR dan meminta Ririn untuk membantu mengerjakannya, padahal Ririn harus menjaga adiknya, namun Ratna tetap memaksanya, menganggap Ririn bukan teman yang setia kawan dan menjadikan adiknya sebagai alasan untuknya agar tidak mau menemani Ratna mengerjakan PR akhirnya dengan terpaksa Ririn pun membantunya.
Kini di lingkungan sekolah, Dinda memiliki teman yang banyak, namun berbeda dengan Ratna, dia dijauhi oleh teman-temannya. Setelah beberapa hari, karena Ratna mulai merasa tidak memiliki teman lagi, akhirnya dia mulai mendekati teman-temannya dan mulai memahami dan menghargai pendapat teman-temannya. Teman-teman Ratna pun senang dengan perubahan yang terjadi pada Ratna, dan mulai belajar dan bermain bersama kembali.
Bu Diah : Bagaimana Ella, apakah Ella tertarik dengan cerita yang disampaikan Ibu tadi?
Ella : Iya Bu.
Bu Diah : Bagian mana yang membuat Ella tertarik?
Ella : Itu Bu, Dinda yang baik sehingga disenangi teman-temannya, teman-teman Dinda pun banyak.
Bu Diah : Dengan tokoh Ratna?
Ella : tidak ah bu, Ratnakan tidak punya teman, egois, maunya menang sendiri, tidak mau mengalah, tidak mau mendengarkan pendapat teman-temannya… ( pelan-pelan suara Ella semakin pelan )
Bu Diah : Kenapa Ella?
Ella : mmmmm… Saya merasa saya Ratna, seperti tokoh dalam cerita yang ibu ceritakan tadi.
Bu Diah : Mengapa kamu merasa demikian?
Ella : mmm…,(Ella termenung sejenak)
Saya mulai dijauhi teman-teman saya Bu. Apa Karena sifat saya yang egois seperti tokoh Ratna bu?
Bu Diah : dengar Ella, setiap orang satu sama lain harus saling memahami dan menghargai. Seperti yang terjadi pada tokoh Ratna pada saat meminta Ririn untuk membantu mengerjakan PR nya, padahal saat itu Ririn sedang menjaga adik bayinya, iya kan? Seharusnya apabila Ratna memahami akan keadaan Ririn yang harus menjaga adiknya, Ratna tidak perlu memaksanya untuk membantu mengerjakan PR nya itu.
Ella : iya Bu.. Apakah seharusnya yang dilakukan seperti tokoh Dinda itu Bu? Dinda tidak jadi meminta bantuan Ririn untuk menemaninya ke pasar untuk membeli gula karena melihat Ririn sedang menjaga adik bayinya itu ya Bu?
Bu Diah : iya, benar sekali Ella. Jadi mulailah Ella untuk memahami teman-teman Ella yang lain. seperti yang dikatakan Ella di awal pembicaraan kita tadi, kalau Nunung tidak mau menemani Ella ke kantin, mungkin saja pada saat Ella mengajaknya Nunung akan mengerjakan tugas, jadi ditanyakan dulu sebaiknya ya?
Ella : O iya Bu, (Ella mulai mengerti)
(Karena melihat Ibu Ella yang sudah menjemput, akhirnya Bu Diah mengakhiri pembicaraannya dengan Ella).
Bu Diah : Ella, sepertinya ibu Ella sudah datang untuk menjemput, jadi pembicaraan kita diakhiri saja ya, besok ibu ingin berbicara dengan Ella lagi ya.
Ella : iya Bu, terima kasih. Ella pamit dulu, assalamualaikum.
Bu Diah : wa’alaikum salam.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pada anak usia sekolah perilaku mau menang sendiri/egois bila sesekali muncul masih dapat dikatakan wajar, tetapi bila dilakukan dalam frekuensi dan intensitas yang tinggi digolongkan pada perilaku bermasalah.
Ciri-ciri perilaku egois mau menang sendiri yang melebihi batas normal/bermasalah terlihat dari perilaku anak yang kurang mampu mengontrol diri/emosi, cenderung agresif, harga diri dan empati kurang berkembang, memiliki sikap penuntut, dan kualitas hubungan sosialnya buruk.
Penyebab perilaku egois biasanya karena perlakuan dan pola asuh orang tua/pengasuh yang tidak tepat (kasih sayang orang tua yang berlebihan atau kurang, sikap orang tua yang permisif, tidak menanamkan disiplin, moral dan tanggung jawab yang diperlukan anak sebagai pengarah dalam berperilaku).
Penanganan yang diperlukan bagi anak yang mau menang sendiri adalah mengajar dan melatihkan perilaku yang diinginkan, yaitu bisa kontrol diri, menunda keinginan, menerima kekecewaan, menumbuhkan empati dan harga diri, dan kata hati. Pemberian kasih sayang, perhatian dan pujian dalam takaran yang cukup dan waktu yang tepat.
B. Saran
Untuk menangani sifat egois pada anak orang tua sebaiknya :
1. Menjadi teladan bagi anak dengan perilaku sehari-hari yang toleran dan peduli dengan sekitar.
2. Memberi penguatan pada anak untuk perubahan perilaku anak, sekalipun sedikit.
3. Menjelaskan alasan mengapa ada anak yang tidak disukai oleh teman-temannya dengan menggunakan bahasa yang sederhana.
4. Menghindari melabel/mencap anak secara negatif.
5. Tidak memanjakan anak dan menuruti segala kemauannya dengan dasar ungkapan sayang.
PENDAHULUAN
Beberapa ahli psikologi perkembangan mengatakan, masa paling penting dalam membentuk kepribadian seseorang adalah antara 0-5 tahun. Jadi, tidak dalam kandungan maupun setelah masa kanak-kanaknya telah lewat. Selama masa kanak-kanak itulah dasar-dasar kepribadian ditanamkan. Anak yang dilahirkan dengan sejumlah naluri perlu dikembangkan agar dapat hidup dengan baik dan berguna dalam masyarakatnya. Dengan kasih sayang, perhatian, belaian, bercakap-cakap, dan bermain dengan si kecil, secara perlahan-lahan. Selain itu, anak juga perlu diperkenalkan pada nilai-nilai luhur dan kebiasaan yang baik.
Orangtua dan guru perlu melarang hal-hal yang tidak baik, bahkan kalau perlu menghukum jika larangan sudah tidak mempan lagi, sesuai umur anak, dan membimbing anak ke arah yang baik. Anak perlu dilatih untuk menghargai orang lain dan bersikap sopan santun, sambil menerapkan moral yang tinggi di rumah. Seperti jangan asal janji bila tidak bisa memenuhinya, jika kakaknya sedang tidur, ajak anak main tanpa teriak-teriak atau kecilkanlah suara televisi, sambil menyebutkan alasannya (belajar menghargai orang lain dan respek pada kebutuhannya).
Jika orangtua terlalu sibuk, malas, terlalu mengikuti kemauan anak, atau saling bertentangan dalam mendidik anak, anak dapat kehilangan arah, jadi cenderung bersikap "semau gue", alias jadi egois atau mau menang sendiri.
Apakah sikap egois bisa diperbaiki? Jika masih kecil lebih mudah diperbaiki, tetapi, kalau sudah remaja, apalagi dewasa, jauh lebih sukar. Seorang psikolog dan ahli pendidik James Dobson berkata dalam bukunya Dare to Dicipline: "Psikolog yang menghadapi remaja yang tidak mempunyai respek sama sekali terhadap orangtuanya, sebab orangtuanya terlalu memanjakan dia sampai membiarkan anak terus "menang", sampai tidak terkendali lagi, adalah bagai dokter yang berhadapan dengan pasien penderita kanker ganas." Sukar diperbaiki lagi. Untuk itulah dibutuhkan suatu penanganan secara dini untuk mengatasi sifat egois pada anak.
BAB II
LANDASAN TEORI
(Anak Egois)
A. Pengertian Egois
Secara alamiah sifat egois timbul pada anak usia 2 tahun karena pada usia tersebut mereka mempunyai karakter egosentris. Mereka melihat segala sesuatu dari sudut pandangnya dan belum mampu melihat dari kaca mata orang lain. Sehingga seringkali jika mereka menginginkan sesuatu hal, harus dipenuhi saat itu juga. Mereka tidak memperdulikan apakah keinginannya merugikan orang lain atau tidak. Mereka juga tidak peduli jika orang lain menangis akibat perbuatannya mengambil secara paksa dari orang lain. Yang penting apa yang dia inginkan dan apa yang dia suka diperolehnya. Bahkan untuk memuluskan keinginannya, kadang dia mengeluarkan senjata ampuh dengan menangis, bahkan sampai berteriak.
Namun sebaliknya, jika dia mempunyai sesuatu ataupun kesenangan, maka dia enggan berbagi. Dia ingin menikmati sendiri barang yang dimilikinya. Bahkan milik orang lain pun kadang diakui sebagai miliknya jika dia menginginkannya. Dia tidak ingin orang lain mengganggu kesenangannya. Anak egois maunya menang sendiri.
Michele Borba, Ed.D., dalam bukunya Don’t Give Me that Attitude!: 24 Selfish, Rude Behaviors and How to Stop Them menjelaskan bahwa anak-anak yang selfish alias egois adalah anak-anak yang tidak senang menjadi bagian dari sekitarnya. Mereka selalu menginginkan segala sesuatu sesuai dengan cara mereka, meletakkan kebutuhan dan urusan mereka di atas yang lainnya, dan jarang sekali mempertimbangkan perasaan orang lain. Itulah sebabnya, mereka berusaha membuat orangtuanya percaya bahwa perasaan mereka lebih penting dibandingkan perasaan dan kebutuhan orang lain.
Sudah tentu anak egois ini perlu disadarkan dan diperbaiki sikapnya. Anak perlu diingatkan bahwa di samping dirinya, ada juga anak-anak lain yang samasama kita cintai. Ia perlu didorong agar mengembangkan sikap-sikap baik seperti tidak mementingkan diri sendiri, pemurah, dan penuh perhatian.
Menurut Heribertus Gunawan, anak yang egois hanya peduli dengan dirinya sendiri, hanya berfokus pada kesejahteraan dirinya sendiri tanpa peduli orang lain. Anak usia sekolah umumnya masih egosentris karena dunianya masih terpusat pada dirinya sendiri, karena merasa dirinya dan dunia sekitarnya adalah satu.
B. Ciri-ciri Perilaku Egois
Pada anak usia sekolah perilaku egois bila sekali-sekali muncul masih dapat dikatakan wajar, tetapi bila dilakukan dalam frekuensi dan intensitas yang tinggi digolongkan pada perilaku bermasalah. Ciri-ciri perilaku egois yang melebihi batas normal/bermasalah diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Anak kurang mampu mengontrol diri/emosi, cenderung agresif.
2. Harga diri dan empati kurang berkembang.
3. Memiliki sikap penuntut.
4. Kualitas hubungan sosialnya buruk, sulit menjalin relasi dengan anak lain.
5. Memandang orang lain secara negative.
6. Sering merebut mainan / barang yang dipegang oleh temannya.
7. Enggan untuk berbagi kesenangan, mainan, atau makanan dengan orang lain.
8. Suka merajuk atau menangis atau merengek-rengek jika keinginannya tidak segera dituruti.
C. Penyebab Sifat Egois pada Anak
Penyebab perilaku egois biasanya karena perlakuan dan pola asuh orang tua/pengasuh yang tidak tepat (misalnya kasih sayang orang tua yang berlebihan atau kurang, sikap orang tua yang permisif, tidak menanamkan disiplin, moral dan tanggung jawab yang diperlukan anak sebagai pengarah dalam berperilaku). Sifat egois bukanlah sifat bawaan atau keturunan, tapi masalah pembiasaan. Perkembangan sosial seorang anak dipengaruhi oleh lingkungannya, baik dari orang tua maupun orang-orang di sekitarnya. Berikut beberapa faktor mengapa anak bersifat egois :
1. Perhatian yang berlebihan. Pemujaan kepada anak secara berlebihan membuat orang tua memanjakan anak dengan cara memenuhi segala keinginannya. Sehingga anak terbiasa mendapatkan apapun tanpa usaha dan perjuangan terlebih dahulu. Anak juga tidak terbiasa mengembangkan rasa toleransi dan sabar kepada orang lain. Anak tidak diajari untuk menunda kepuasan atau mendapatkan sesuatu sebagai hadiah dari usaha yang keras. Kemudahan mendapatkan sesuatu tanpa perlu usaha membuat anak mengambil kesimpulan bahwa ia bisa mendapatkan apapun yang dia inginkan dengan mudah saat itu juga.
2. Perlindungan yang berlebihan. Dalam menunjukkan rasa sayang kepada anak, seringkali orang tua memberi perlindungan yang berlebih dari berbagai macam kegagalan dan kesalahan. Rasa kekhawatiran yang mendalam juga membuat orangtua menghindarkan anak mereka dari pekerjaan-pekerjaan yang sebenarnya bisa dilakukan anak seusianya. Karena khawatir baju anak kotor, orang tua menyuruh pembantu untuk selalu menyuapi makan. Karena khawatir diganggu teman di taman, orang tua menyuruh pengasuh untuk selalu berada di dekat sang anak dan siap melayani. Maka anak akan terbiasa menyuruh-nyuruh orang seperti yang telah dicontohkan orang tuanya, bahkan untuk pekerjaan-pekerjaan sederhana yang sebenarnya bisa dia lakukan.
3. Anak yang mempunyai kebutuhan-kebutuhan khusus (misalnya anak yang
sering sakit-sakitan), sering kali mendapatkan perhatian khusus. Jika tidak
hati-hati anak seperti ini bisa tumbuh menjadi anak yang egois, karena dia
menganggap semua harus dipusatkan pada dia. Itulah sebabnya salah satu cirri juga anak-anak yang egois adalah dia menganggap diri sebagai kasus khusus, artinya keinginannya harus didahulukan sebab dia merupakan kasus perkecualian.
BAB III
IDENTIFIKASI KASUS
Kasus: Siswa Sekolah Dasar Kelas V yang Egois
A. Gambaran Masalah
Ella adalah siswa kelas V sekolah dasar yang terletak di daerah perkotaan. Ia merupakan anak tunggal dari pasangan orang tua yang mampu. Menurut latar belakang keluarganya Ella merupakan anak yang dinanti-nanti kehadirannya, ia mendapatkan perhatian yang lebih, dan apapun yang diinginkan Ella selalu dipenuhi oleh orang tuanya, sehingga Ella tumbuh menjadi anak yang manja dan apapun yang ia inginkan harus dipenuhinya, keadaan ini dibawanya sampai ke lingkungan sekolahnya.
Di lingkungan sekolahnya Ella sering memaksakan teman-temannya untuk memenuhi apapun yang diinginkannya, termasuk jika ia melihat benda-benda yang menarik baginya, pasti ia akan meminta dengan paksa. Kadang Ella sering meremehkan teman-temannya juga, misalnya senang mengejek saat temannya salah menjawab pertanyaan, dan ia merasa jawabannya sendiri yang paling benar, begitu pula saat berdiskusi pada kegiatan belajar mengajar, apapun yang dikatakannya harus diikuti.
Dengan keadaan ini teman-teman Ella mulai menjauhinya, karena tidak suka dengan tindakan yang dilakukan oleh Ella. Sering terlihat saat istirahat Ella hanya bermain sendiri, tidak ada teman yang menemaninya.
B. Latar Belakang
Setelah menganalisis permasalahan yang dialami oleh Ella, dapat disimpulkan bahwa latar belakang masalah ini yaitu.
1. Ella merupakan anak tunggal di keluarganya dan terbiasa dengan orang tua yang selalu memanjakannya, dan menuruti apa yang selalu diinginkannya.
2. Di lingkungan sekolahnya Ella tidak pernah memahami dan tidak mempunyai rasa toleransi terhadap temannya.
C. Usaha Pemecahan Masalah
Masalah yang dialami Ella menuntut guru pengajarnya yang sekaligus wali kelasnya untuk melakukan konseling pada Ella, karena akhir-akhir ini dia selalu sendiri, dan teman-teman menjauhinya karena sifat egois Ella tersebut. Guru akan memberikan konseling agar Ella tidak bersikap egois lagi kepada teman-temannya. Sehingga diharapkan ia tidak dijauhi lagi oleh teman-teman sekelasnya.
SKENARIO KONSELING
Bel pulang sekolah telah berbunyi, menandakan kegiatan belajar mengajar telah usai. Setelah Bu Diah mengamati Ella yang akhir-akhir ini sering sendiri, dan tidak ada teman yang mau bermain bersamanya, maka Bu Diah memanggil Ella ke ruangannya.
Bu Diah : Ella.., bisakah Ella ikut bersama ke ruangan Ibu sebentar?.
Ella : baik Bu, tapi ada apa ya Bu?
Bu Diah : ya.., nanti kita akan bicarakan bersama.
(Bu Diah dan Ella menuju ruangan Bu Diah)
Bu Diah : ayo duduk dulu La. (Bu Diah menyilakan duduk pada Ella )
Ella : iya Bu, terima kasih.
Bu Diah : kenapa akhir-akhir ini Ibu sering melihat Ella sendirian, seperti tadi saat istirahat, Ella tidak bermain bersama dengan teman-teman?
Ella : dasar teman-teman saja yang menyebalkan, jadi aku sendirian saja.
Bu Diah : kenapa kamu sebal dengan teman-teman? Bukankah akan lebih menyenangkan jika bermain bersama-sama?
Ella : iya si Bu, tapi biarkan saja lah, ngapain juga saya harus memikirkan mereka. Mereka aja tidak memikirkan saya kok bu.
Bu Diah : tapi kamu senang tidak kalau kamu punya banyak teman dan belajar serta bermain bersama dengan teman-teman.
Ella : ya senang si Bu, kan banyak teman jadinya.
Bu Diah : lantas kenapa kamu sering sendiri?
Ella : tidak tahu lah Bu, teman-teman sepertinya menjauhi saya.
Bu Diah : Ella tahu kenapa teman-teman menjauhi Ella?
Ella : ya mana saya tahu bu, tapi emang dasar teman-teman saja yang menyebalkan. Seperti kemarin bu, saya cuma minta gantungan kunci punya Arin aja, masa tidak boleh!! padahal ayah saya juga bisa membeli yang lebih bagus dari pada milik Arin itu.
Bu Diah : mungkin Arin memiliki gantungan kunci itu hanya satu. Atau mungkin itu hadiah dari orang tuanya.
Ella : Tidak Bu. Saya tahu kok. Arin aja yang pelit. (Ella tetap membela diri). Terus kemarin aku cuma minta ditemanin ke kantin bersama Nunung, tidak mau juga. Tuh kan, memang teman-teman yang menyebalkan.
Bu Diah : Ella sebenarnya kamu ingin tidak bersama-sama lagi dengan teman kamu?
Ella : Mmmm….. Iya si bu… Saya kangen dengan teman- teman bu… saya merasa sendirian. Saya merasa dikucilkan. (menunduk)
Bu Diah : Ella, dengarkan Ibu sekarang ya.. lihat ibu. (Ella mulai melihat bu Diah). Ibu memiliki sebuah cerita.
(Bu Diah pun mulai menceritakan cerita tersebut)
Dinda yang Baik Hati dan Ratna yang Egois
Di desa Galungan ada anak yang bernama Dinda, ia berumur 12 tahun dan masih duduk di bangku kelas enam sekolah dasar. Di lingkungan tempat tinggalnya dia dikenal sebagai anak yang baik dan patuh terhadap orang tuanya, ia juga mempunyai banyak teman, termasuk Ratna teman sebayanya. Mereka berdua bersama teman-teman yang lain sering bermain bersama, termasuk saat di sekolah, karena Dinda dan Ratna menempati sekolah yang sama.
Seperti biasanya, yaitu hari minggu Dinda dan teman-temannya bermain bersama, yakni bermain petak umpat. Permainan itu berjalan sangat menyenangkan, dan sampai pada akhirnya Ratna mendapatkan giliaran untuk menjaga, tapi dia tidak mau menjaga, dan bersih kukuh tidak mau. Dengan alasan bahwa menjadi penjaga itu tidak menyenangkan.
Akhirnya Dinda berusaha menjelaskan pada Ratna, kalau dalam permainan petak umpat harus ada yang menjaga dan bersembunyi, dikatakan menjaga apabila dia ditemukan oleh teman yang menjaga sebelumnya. Dan teman yang lainnya bersembunyi. itulah resikonya bermain petak umpet.
Tapi Ratna tetap saja tidak mau menjadi penjaganya, dan hal ini membuat teman-teman yang lain merasa kesal dengan sikap Dinda, namun Ratna mencoba menenangkan teman-teman yang lain. Dinda masih mencoba membujuk Ratna agar mau menjaga dan meyakinkan teman yang lain jika permainan akan berlanjut kembali. Namun tiba-tiba Ratna menyatakan kalau permainan diakhiri saja dan lebih baik diganti permainan baru yaitu bermain monopoli bersama. Hal ini membuat teman-teman yang lain kesal terhadap sikap Ratna yang seenaknya sendiri, termasuk Ririn yang memang sudah merasa capek. Akan tetapi Ratna masih saja memaksa untuk bermain monopoli. Dan akhirnya Dinda memberikan semangat terhadap teman yang lain untuk mencoba permainan monopoli, seperti apa yang diinginkan oleh Ratna.
Dan akhirnya teman-teman menyetujuinya, termasuk Ririn yang sebenarnya sudah merasa capek. Belum selesai permainan Ratna meminta untuk mengakhiri permainan dengan alasan sudah bosan. Dan ini membuat teman-temannya bertambah kesal lagi dengan sikap Dinda yang semakin seenaknya sendiri. Dinda pun menasehati pada Ratna jika permainannya diselesaikan terlebih dahulu, namun Ratna tetap tidak mau karena sudah mulai merasa bosan, malah marah-marah terhadap Dinda yang menganggap Dinda memaksakan kehendaknya padahal dia sudah tidak mau bermain monopoli lagi, dan Ratna pun akhirnya meninggalkan teman-teman dan permainan begitu saja, sementara Dinda dan teman-teman yang lain melanjutkan permainan lagi tanpa Ratna dan tidak terlalu mempedulikan sikap Ratna yang sudah meninggalkan mereka.
Esok paginya, yang biasanya Ratna berangkat sekolah bersama teman-teman, kali ini dia berangkat sendiri, karena teman-temannya sudah berangkat dahulu bersama Dinda. Pulang sekolah pun demikian.
Saat di rumah, Dinda diperintahkan oleh Ibunya untuk membeli gula di pasar, karena Dinda berangkat sendirian Dinda berniat mengajak Ririn untuk menemaninya membeli gula di pasar. Kemudian dia pun pergi ke rumah Ririn, saat tiba di rumah Ririn, Dinda melihat Ririn sedang menjaga adiknya yang masih bayi, maka dia mengurungkan niatnya untuk minta ditemani ke pasar, dan akhirnya dia pergi ke pasar sendiri.
Disaat yang bersamaan Ratna mengalami kesulitan dalam mengerjakan PR dan meminta Ririn untuk membantu mengerjakannya, padahal Ririn harus menjaga adiknya, namun Ratna tetap memaksanya, menganggap Ririn bukan teman yang setia kawan dan menjadikan adiknya sebagai alasan untuknya agar tidak mau menemani Ratna mengerjakan PR akhirnya dengan terpaksa Ririn pun membantunya.
Kini di lingkungan sekolah, Dinda memiliki teman yang banyak, namun berbeda dengan Ratna, dia dijauhi oleh teman-temannya. Setelah beberapa hari, karena Ratna mulai merasa tidak memiliki teman lagi, akhirnya dia mulai mendekati teman-temannya dan mulai memahami dan menghargai pendapat teman-temannya. Teman-teman Ratna pun senang dengan perubahan yang terjadi pada Ratna, dan mulai belajar dan bermain bersama kembali.
Bu Diah : Bagaimana Ella, apakah Ella tertarik dengan cerita yang disampaikan Ibu tadi?
Ella : Iya Bu.
Bu Diah : Bagian mana yang membuat Ella tertarik?
Ella : Itu Bu, Dinda yang baik sehingga disenangi teman-temannya, teman-teman Dinda pun banyak.
Bu Diah : Dengan tokoh Ratna?
Ella : tidak ah bu, Ratnakan tidak punya teman, egois, maunya menang sendiri, tidak mau mengalah, tidak mau mendengarkan pendapat teman-temannya… ( pelan-pelan suara Ella semakin pelan )
Bu Diah : Kenapa Ella?
Ella : mmmmm… Saya merasa saya Ratna, seperti tokoh dalam cerita yang ibu ceritakan tadi.
Bu Diah : Mengapa kamu merasa demikian?
Ella : mmm…,(Ella termenung sejenak)
Saya mulai dijauhi teman-teman saya Bu. Apa Karena sifat saya yang egois seperti tokoh Ratna bu?
Bu Diah : dengar Ella, setiap orang satu sama lain harus saling memahami dan menghargai. Seperti yang terjadi pada tokoh Ratna pada saat meminta Ririn untuk membantu mengerjakan PR nya, padahal saat itu Ririn sedang menjaga adik bayinya, iya kan? Seharusnya apabila Ratna memahami akan keadaan Ririn yang harus menjaga adiknya, Ratna tidak perlu memaksanya untuk membantu mengerjakan PR nya itu.
Ella : iya Bu.. Apakah seharusnya yang dilakukan seperti tokoh Dinda itu Bu? Dinda tidak jadi meminta bantuan Ririn untuk menemaninya ke pasar untuk membeli gula karena melihat Ririn sedang menjaga adik bayinya itu ya Bu?
Bu Diah : iya, benar sekali Ella. Jadi mulailah Ella untuk memahami teman-teman Ella yang lain. seperti yang dikatakan Ella di awal pembicaraan kita tadi, kalau Nunung tidak mau menemani Ella ke kantin, mungkin saja pada saat Ella mengajaknya Nunung akan mengerjakan tugas, jadi ditanyakan dulu sebaiknya ya?
Ella : O iya Bu, (Ella mulai mengerti)
(Karena melihat Ibu Ella yang sudah menjemput, akhirnya Bu Diah mengakhiri pembicaraannya dengan Ella).
Bu Diah : Ella, sepertinya ibu Ella sudah datang untuk menjemput, jadi pembicaraan kita diakhiri saja ya, besok ibu ingin berbicara dengan Ella lagi ya.
Ella : iya Bu, terima kasih. Ella pamit dulu, assalamualaikum.
Bu Diah : wa’alaikum salam.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pada anak usia sekolah perilaku mau menang sendiri/egois bila sesekali muncul masih dapat dikatakan wajar, tetapi bila dilakukan dalam frekuensi dan intensitas yang tinggi digolongkan pada perilaku bermasalah.
Ciri-ciri perilaku egois mau menang sendiri yang melebihi batas normal/bermasalah terlihat dari perilaku anak yang kurang mampu mengontrol diri/emosi, cenderung agresif, harga diri dan empati kurang berkembang, memiliki sikap penuntut, dan kualitas hubungan sosialnya buruk.
Penyebab perilaku egois biasanya karena perlakuan dan pola asuh orang tua/pengasuh yang tidak tepat (kasih sayang orang tua yang berlebihan atau kurang, sikap orang tua yang permisif, tidak menanamkan disiplin, moral dan tanggung jawab yang diperlukan anak sebagai pengarah dalam berperilaku).
Penanganan yang diperlukan bagi anak yang mau menang sendiri adalah mengajar dan melatihkan perilaku yang diinginkan, yaitu bisa kontrol diri, menunda keinginan, menerima kekecewaan, menumbuhkan empati dan harga diri, dan kata hati. Pemberian kasih sayang, perhatian dan pujian dalam takaran yang cukup dan waktu yang tepat.
B. Saran
Untuk menangani sifat egois pada anak orang tua sebaiknya :
1. Menjadi teladan bagi anak dengan perilaku sehari-hari yang toleran dan peduli dengan sekitar.
2. Memberi penguatan pada anak untuk perubahan perilaku anak, sekalipun sedikit.
3. Menjelaskan alasan mengapa ada anak yang tidak disukai oleh teman-temannya dengan menggunakan bahasa yang sederhana.
4. Menghindari melabel/mencap anak secara negatif.
5. Tidak memanjakan anak dan menuruti segala kemauannya dengan dasar ungkapan sayang.
Rabu, 23 Maret 2011
TRAGEDI KARDUS KETUKAR #2
Sebelumnya di Tragedi Kardus Ketukar#1
Dengan naik motor ibu kost, aq mengejar bus yang membawa kardus temanq menuju terminal Giwangan. Sesampainya di terminal ternyata pintu sudah ditutup karena sudah malam. Untung ada mas yang mau menunjukan jalan menuju shelter bus yang aq naiki tadi. Tapi, Masnya koq membawa qt menuju shelternya lewat semak-semak (toilet maksudnya..).
Aq takut kalau Mas penunjuk jalan itu berbuat yang tidak-tidak, kemudian aq nyletuk sama Mas X (lupa ga kenalan, ga tau sapa namanya) “Mas, ni bener ga jalannya, koq lewat sini tho Mas. Awas klo macem-macem”. Jawab Mas X “ngga koq mbak, pintunya sudah ditutup smua, jd lwat sini saja ya”. Ya sudahlah, daripada nyasar ngikut ja.
Tibalah aq dan temanq di shelter bus Jogja-Purwokerto (aq klo pulang pake jurusan ini). Sepi banget, akhirnya aq Tanya sama salah seorang penjual di terminal tersebut, “Bu, bus yang jurusan Purwokerto dah lewat belum?”, jawab si Ibu “sudah mbak”.
“Waduh, gimana nich..? ”, Tanya aq pada Ety. Oo..iya kan di tiket busnya ada nomor layanan yang dapat dihubungi, akhirnya qt menghubungi nomor tersebut. Ternyata nomor itu unhold a.k.a ga bisa ditelepon, tapi bisanya di sms (jane yo seneng…,pulsane dadi ra kokehan), akhirnya qt sms, bunyinya seperti ini “slmt malam, maaf ni slh satu penmpang bus jrusan Purwokerto-Jogja kberngkatn pukul 4 sore, kardus sy ketukar. Sy harus menukarnya dmn?” (SMS dikiriiiimmmm…..), sembari menunggu balesan, aq menikmati suasana terminal di malam gelap. Tiba-tiba da sms masuk “bus kberangkatan jam 4 sore sdh masuk garasi Jogja, silakan cek barang bawaan lngsung ke garasi sj”, lhahh…, garasi Jogja dmn coba, aq Tanya sama Ety “jadi bagaimana ini? Apa qt mau menyusul ke garasi?”. Jawab Ety “aq bingung, emang garasinya dimana?”. Akhirnya qt sms lg, malangnya pulsa Ety habis, sedangkan HP aq lowbat (mati pet…!!). “ya udahlah jenk, qt pulang aja, udah malem juga”, kata Ety. Akhirnya qt pulang dg membawa kardus yang niatnya mau ditukar.
Aq munyusuri sepanjang jalan ringroad, sebelumnya aq sudah bilang k, kata Ety. Akhirnya qt pulang dg membawa kardus yang niatnya mau ditukar.
Aq munyusuri sepanjang jalan ringroad, badan ini terasa capek sekali. Penglihatanku semakin tidak jelas (ya..karena minus), “jenk, nti klo dah deket perempatan dongkelan bilang ya”, kataQ karena aq sulit membedakan perempatannya, ditambah penglihatan yang semakin tidak jelas. “ya…nti aq kasih tahu” jawab Ety. Setiap ada perempatan aq selalu tanya “ni Dongkelan bukan?”, dan jawab Ety selalu ”bukan,.. masih jauh”
Aq tidak tahu aq telah melewati berapa perempatan, yang jelas saat melewati salah satu perempatan, tiba-tiba lampu kuning menyala, terus tiba-tiba lampu merah (aq yang ga memperhatikan rambu-rambu, pa memang lampu lalu lintasnya yang ga mau memperhatikan aq..,loh..?). saat lampu merah menyala, dengan PD’nya aq melaju, dan dengan seketika aq diserbu motor, mobil truk, becak dan segala rupa dari arah selatan (untung aq masih beruntung bisa selamat..). aq baru sadar ternyata di depanQ sudah ada seorang yang berpakaian rapi, dan tak lain tak bukan adalah polisi yang siap menghadang di marka jalan (mampuusssss…….dalam hatiku bergumam.)
“selamat malam!!”kata polisi. “selamat malam Pak”, jawabku.
“mbak tahu kesalahan apa yang telah dilakukan mbak?”
“ya, saya menerobos lampu merah pak, tapi beneran pak, itu gag sengaja, pak saya jangan ditilang ya pak” (mencoba untuk merayu, tapi gagal)
“ya sudah, mbak masuk ke pos dulu saja, nanti di urus di dalam”, qt menuju ke post polisi dan dipertemukan dengan polisi lain (polisinya lebih tua daripada polisi yang tadi).
“mbak, kenapa anda melanggar lampu lalu lintas?”, Tanya pak polisi. Sumpah, aq benar-benar merasa takut sekali, secara STNK, SIM, tidak bawa, dah gitu motor pinjem pula. Dan akhirnya aku menangis (ga tahu koq bisa nangis, yg jelas pengen nangis aja lah)
“sebenarnya saya sedang terburu-buru pak, makanya tidak memperhatikan lampu lantas”
“STNK, SIM bisa ditunjukkan?”
“ya bapak, orang saya sudah bilang terburu-buru juga. Boro-boro bawa STNK sama SIM, orang dompet saja tidak bawa, saya ini baru pulang mudik, kampung saya di Purbalingga (intinya aq ceritakan ma polisi semuanya sambil menangis tersedu-sedu)”
“ooo…begitu, tapi tindakan yang mbak lakukan itu sangat bahaya, coba kalau tadi terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, kasihan orang tua yang dikampung”, kata pak polisi.
Aq semakin menangis menjadi-jadi, habisnya pak polisinya malah nakut-nakuti. Melihat qt membawa sebuah kardus, pak polisi tanya “kardusnya berhasil ditukar tidak?”
“tidak pak, orang busnya tidak kekejar”, jawabku.
“Oowwh..,boleh tidak kalau saya buka kardusnya isinya apa?”
“ya…silakan dibuka, wong itu juga sebenarnya bukan kardus kita juga kan?”
“saya buka ya…,?”, kata pak polisi.
(kira-kira apa isi dari kardus yang tertukar itu…..?) to be continue…
TRAGEDI GARDUS KETUKAR #1
Saatnya pulang kampung karena moment Idul Adha, setelah beberapa bulan menetap di Djogja kini aku kembali ke pangkuan ibunda di Purbalingga senang rasanya...,
Okeh...,kisahku ini dimulai saat aq pulang balik ke Djogja lagi. Aku meneju kota itu menaiki bus lumayan elit lah..., aku bersama temanku (Ety) berangkat bersama. Naasnya, karema moment Idul Adha itu jadi semua bus penuh, dari yang antri jam 2, qt mendapatkan bus jam 4..,busssyyeeett.....dah gitu ada calo bangku lagi. untung da Mas yang baik hati mau mencarikan bangku untukku dan temanku.
Malam hari sampai di kota gudeg itu, qt turun di Dongkelan (salah satu perempatan di Ring Road selatan), menuju ke kost harus beralih menggunakan jasa tukang becak.
Naik becaklah qt berdua, karena ingat waktu sebelum mudik meninggalkan pakaian di laundry, jd aq minta tukang becak untuk berhenti sebentar di tempat laundry itu. Temanku tetap di becak dan sambil melihat-lihat barang bawaanya, dan sialnya ternyata gardus temanku itu ketukar dengan gardus orang. OOooh...,tidak, panik melanda. Temanku memintaku untuk mengejar bus itu (dengan lari kah..? dengan becak kah...?). Akhirnya aku sms ibu kostQ untuk meminjam motornya.
Sesampainya di kost, aku langsung menaruh semua barang bawaanku kecuali HP dan uang 10rb perak yang memang sudah menyelinap di balik saku blazerQ.
Hasssyyeeemmm, baru ingat klo temenQ gag bisa bawa motor, alhasil aq yang ngeboncengin dy deh, selanjutnya qt langsung tancap gas ke terminal Giwangan.
disela-sela perjalanan ke terminal, aq bertanya pp temenQ itu.,,"jenk..,klo ke terminal tp ga lwat ring road tahu jalannya ga?" temanQ jawab "oo...ngerti..ngerti".
di perjalanan aq merasa aneh, bukannya ni jalan ring road ya..,ternyata temenQ ga tahu jalannya. yowis,,,kepaksa satu-satunya jalan ya harus lwt ringroad.
Masalah timbul lagi, mataQ kan minus, jadi penglihatanQ semakin ga jelas, mana udah malam pula, harus konsentrasi bawa motor juga, Duwwh...nasib. Sampai di terminal ternyata pintu masuk sudah ditutup, bingung mau masuk lwat mana. Ehhh...,lagi-lagi ada mas yang datang menghampiri qt, dy menunjukkan jalan menuju shelter bus yang qt tumpangi tadi...,
btw...,koq jalanya lewat semak-semak siy...,masnya ini kasih jalanya bener ga tho...,?
haduwhhh......,mana udah sepi lagi...
(apa yang terjadi selajutnya...,????) to be continue...
Okeh...,kisahku ini dimulai saat aq pulang balik ke Djogja lagi. Aku meneju kota itu menaiki bus lumayan elit lah..., aku bersama temanku (Ety) berangkat bersama. Naasnya, karema moment Idul Adha itu jadi semua bus penuh, dari yang antri jam 2, qt mendapatkan bus jam 4..,busssyyeeett.....dah gitu ada calo bangku lagi. untung da Mas yang baik hati mau mencarikan bangku untukku dan temanku.
Malam hari sampai di kota gudeg itu, qt turun di Dongkelan (salah satu perempatan di Ring Road selatan), menuju ke kost harus beralih menggunakan jasa tukang becak.
Naik becaklah qt berdua, karena ingat waktu sebelum mudik meninggalkan pakaian di laundry, jd aq minta tukang becak untuk berhenti sebentar di tempat laundry itu. Temanku tetap di becak dan sambil melihat-lihat barang bawaanya, dan sialnya ternyata gardus temanku itu ketukar dengan gardus orang. OOooh...,tidak, panik melanda. Temanku memintaku untuk mengejar bus itu (dengan lari kah..? dengan becak kah...?). Akhirnya aku sms ibu kostQ untuk meminjam motornya.
Sesampainya di kost, aku langsung menaruh semua barang bawaanku kecuali HP dan uang 10rb perak yang memang sudah menyelinap di balik saku blazerQ.
Hasssyyeeemmm, baru ingat klo temenQ gag bisa bawa motor, alhasil aq yang ngeboncengin dy deh, selanjutnya qt langsung tancap gas ke terminal Giwangan.
disela-sela perjalanan ke terminal, aq bertanya pp temenQ itu.,,"jenk..,klo ke terminal tp ga lwat ring road tahu jalannya ga?" temanQ jawab "oo...ngerti..ngerti".
di perjalanan aq merasa aneh, bukannya ni jalan ring road ya..,ternyata temenQ ga tahu jalannya. yowis,,,kepaksa satu-satunya jalan ya harus lwt ringroad.
Masalah timbul lagi, mataQ kan minus, jadi penglihatanQ semakin ga jelas, mana udah malam pula, harus konsentrasi bawa motor juga, Duwwh...nasib. Sampai di terminal ternyata pintu masuk sudah ditutup, bingung mau masuk lwat mana. Ehhh...,lagi-lagi ada mas yang datang menghampiri qt, dy menunjukkan jalan menuju shelter bus yang qt tumpangi tadi...,
btw...,koq jalanya lewat semak-semak siy...,masnya ini kasih jalanya bener ga tho...,?
haduwhhh......,mana udah sepi lagi...
(apa yang terjadi selajutnya...,????) to be continue...
Selasa, 22 Maret 2011
Refleksi Diri......
Semakin lama aq hidup, semakin aq sadar
Akan pengaruh sikap dalam kehidupan.......,
Sikap lebih penting daripada uang, daripada kesempatan,
daripada kegagalan, daripada keberhasilan,
daripada apapun yang mungkin dikatakan atau dilakukan seseorang.
Sikap lebih penting daripada penampilan atau keahlian.
Hal yang menakjubkan adalah aq memiliki pilihan untuk menghasilkan sikap yang akan kulakukan.
Kita tidak dapat mengubah masa lalu
Kita tidak dapat mengubah tingkah laku orang
Kita tidak dapat mengubah apa yang pasti terjadi
Satu hal yang dapat kita ubah adalah hal yang dapat kita kontrol yaitu SIKAP.
Akan pengaruh sikap dalam kehidupan.......,
Sikap lebih penting daripada uang, daripada kesempatan,
daripada kegagalan, daripada keberhasilan,
daripada apapun yang mungkin dikatakan atau dilakukan seseorang.
Sikap lebih penting daripada penampilan atau keahlian.
Hal yang menakjubkan adalah aq memiliki pilihan untuk menghasilkan sikap yang akan kulakukan.
Kita tidak dapat mengubah masa lalu
Kita tidak dapat mengubah tingkah laku orang
Kita tidak dapat mengubah apa yang pasti terjadi
Satu hal yang dapat kita ubah adalah hal yang dapat kita kontrol yaitu SIKAP.
Langganan:
Postingan (Atom)
-
BAB I PENDAHULUAN Secara prinsip guru memegang dua tugas sekaligus yaitu melakukan pengajaran dan pen...
-
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SD Negeri Caturtunggal 4 Mata Pelajaran ...