Rabu, 09 November 2011

Gara-gara Bola

            Rasanya aku sudah terlalu sibuk dengan rutinitas baruku, yakni sebagai pengajar (yadeeehhhh, maksudnya sebagai mahasiswa yang sedang menjalani praktik pengalaman lapangan di sebuah SD Negeri). Kadang untuk memalingkan kejenuhan, aku bersama teman-teman mengadakan suatu ritual khusus, seperti jaga lilin ketika malam purnama tiba (ngepet kali ya…,) ya ga mungkin lah, secara calon guru masa ngepet, dari pada cari duit dengan jalan ngepet mending jadi simpenannya koruptor sekelas Nazarudin saja, dijamin ikut kecipratan kaya tuh, (loh…? Stop!!!! Pembicaraan kita sudah mulai ngawur).
            Satu hari sebelum pertandingan uji coba antara Timnas U-23 melawan Persiba (Bantul) aku ditawari temanku untuk melihat pertandingan tersebut. Waduh, ikut ga ya? Bingung, takutnya kalau aku meng’iyakan tiba-tiba ada job tambahan dari sekolah (lembur dadakan maksudnya), tapi pengin ikut. Ya sudah lah, aku putuskan untuk ikut saja. “oke. Ga usah mikirin tiket, besok aku datang ke stadion untuk ngantri tiketnya”. Tukas salah satu temanku. Ya benar, pertandingannya di gelar pada hari jum’at sore, dan loket penjualan tiket dibuka setelah sholat jum’at, bahkan teman saya rela sampai harus sholat Jum’at di masjid dekat stadion, biar nanti bisa langsung loncat ke loket tiketnya seusai sholat Jum’at, dan aku bisa pastikan temen-temenku itu waktu sholat ga khusyuk, yang dipikirin pasti cuma tiket (aduh, jadi su’udzon).
            Disela-sela waktu istirahat,
 “Hari ini pulang cepet, nongrong yuk?”  kata temanku.
 “nongkrong kemana?” jawabku.
“karokean yuk?”.
“kapan-kapan aja deh”, mencoba menolak secara halus.
“emang hari ini ada acara apa? Sok sibuk ! ”.
“ye…, mau nonton bola, kenapa? Kepengin ya…,? Sorry, aku sudah da janji duluan bareng temanku”.
“huuu… ga asik ah”. Lanjut temanku.
            Tepat jam sebelas siang aku langsung pamit dengan teman-teman dan staf karyawan SD, ini tidak seperti biasanya, karena kalau ada kesempatan pulang lebih awal, aku dan teman-teman biasanya pergi ke suatu tempat dulu, entah itu makan bareng, atau sekedar kongkow-kongkow ga jelas.
            Sesampainya di kost, aku istirahat sejenak sambil melemaskan kaki, jari-jemari, pergelangan tangan yang lumayan kaku setelah mengendarai motor (lebay pisan euy…). Selagi tiduran, eh…. Ada sms
Uda plng dr SD blm?
Klo bs, dtng k stadion sblm jam 3, coz rame bgt. Takut desek2an.
Nti dreskotnya merah smua ya…,
            Aku bales sms dari temanku
Uda di kost dr td.
Nti aq brngkt dr kost jam 2an ya….
            Jam setengah 2, teman aku yang juga ikutan nonton sudah standby di kostku, waktu itu kita ber-4 dan semuanya cewe, karena para arjuna sudah datang duluan di stadion untuk ngantri tiket,, hahahha kasian banget tu cowo-cowo. Sebenarnya kita ber-11, setiba di stadion baru kita bener-bener kumpul ber-11.
            Lets go… tancap gas menunju stadion sultan agung Bantul,. Di tengah perjalanan, kita secara tidak sengaja ikut dalam gerombolan para paser bumi (sebutan supporter persiba). Aroma semaraknya pertandingan sudah terasa, meskipun belum sampai di stadion. Sesampainya di stadion, kita mencari-cari area parkir yang aman, kemudian mencari teman kita yang dari tadi sudah ngantri tiket, dan akhirnya ketemu juga.
            “nih tiketnya, masuknya nanti aja, di dalem masih panas banget” kata temanku sambil memberi tiket. Selagi menunggu kita foto-foto dulu, apalagi ada atribut-atribut khas a la suporter bola, seperti syal, topi, dsb, zona narsis dimulai.
            Okeh, saatnya masuk stadion dan mulai melihat pertandingan. Edddyyyaaaaan,,,, rame banget, stadion berubah warna menjadi merah semua, mereka bukan mendukung timnas, tp mendukung persiba dan kebetulan warna kebangsaan persiba adalah merah, ketika itu aku juga pakai jilbab merah. So, mungkin orang-orang tahunya aku pasti paser bumi juga, padahal Braling Mania (loh….? Salah, itu sebutan supporter untuk tim sepak bola Persibangga, Purbalingga, daerah asal aku. Hahahhahahha….). asiik, ternyata kita dapet tiket VIP, dapat bangku yang nyaman untuk melihat pertandingannya.
            Terlihat para pemain persiba sedang melakukan pemanasan. Dan saatnya pemain timnas masuk lapangan juga untuk melakukan pemanasan. Seketika itu aku dan teman-temanku yang cewe langsung jerit-jerit kaya orang kesurupan.
“Yongki…………!!!!!!!!, Kim……..!!!!!!!, Egi……!!!!!!!!, wah…. Edan cakep banget…,woyyy…. Give me your kiss please!!!!!” (sambil teriak-teriak, cengar-cengir, melambai-lambai, jika memungkinkan sebenarnya bisa saja kita kayang atau sambil koprol,rool depan, rool belakang, hahahhahaha).
Apa yang terjadi? Kim Kurniawan memberikan kissbyenya dari bawah sana. Aigoo…aigoo…. Klepek-klepek semua deh, baru juga pemain timnas, apalagi pemain bola berkelas dunia ya…? Bisa koma 40 hari 40 malam kali. Ternyata tingkah polah kita membuat teman-teman cowo merasa tidak nyaman.
“eh…, ini sebenernya pada nonton bola, apa nonton artis si? Berisik banget tahu nggak? Biasa aja lah. Untung kemaren pas lawan Palestina ga ajak kalian ya!” (kata salah satu temanku).
“biasa aja dong…, uda puas kemaren nonton Timnas lawan Palestina di Solo, jadi sekarang harinya kita, kalian diem deh…!”, lanjut kita.
            Jadi sebelum laga uji coba dengan Persiba, sebenarnya ada laga uji coba di stadion Manahan Solo. Ketika itu yang nonton para kaum adam, kita kaum hawa tidak ikutan.
“sumpah, tahu gini meniding ga usah ngajakin kalian deh, nanti klo udah maen smuanya pada diem ya? Liat tu pertandingan, jangan jerat-jerit” (nada nyebelin).
            Tidak mempedulikan omongan temen-temen cowo, kita tetap teriak-teriak ga jelas. Dan saat pertandingan dimulai, terlihat sekali kemuakan cowo-cowo semakin menjadi, karena yang diinginkan cowo-cowo adalah suguhan pertandingan yang menarik, tanpa ada pengganggu disampingnya, ya …., notabene pengganggu itu adalah kita para kaum hawa. Pokoknya di sepanjang pertandingan kita tidak henti-hentinya menyebut-nyebut pemain timnas. Sampai akhirnya gawang timnas dibobol dahulu oleh pemain persiba, kedudukan 0-1 untuk persiba. Waduh…, lemes nih, dan sepertinya cowo-cowo seneng benget akhirnya kita bisa diam. Tapi akhirnya timnas dapat menyamakan kedudukan karena salah satu pemain persiba menjatuhkan pemain timnas area terlarang, sampai wasit menunjuk titik putih kepada  timnas untuk melakukan tendangan penalty dan,,,,,, Goalllllll!!!!! (kaya komentator bola aja yah…), kedudukan 1-1 sampai akhir pertandingan.
            Pertandingan usai, namun kita tidak langsung meninggalkan stadion, kita menunggu isi stadion kosong karena kita mau foto-foto dulu (tetep narsis dong). Selesai foto-foto kita keluar stadion, saat melewati koridor stadion tiba-tiba kita melihat pemain timnas masih berada di ruang ganti (secara dinding koridornya tu dari kaca ya…jadi bisa terlihat), dan sepertinya tidak lama akan meninggalkan stadion. Akhirnya kita punya ide untuk nemuin pemain timnas, ide ini membuat teman-teman cowo menganggap kita anak alay yang kurang kerjaan banget.
            Sebelum kita bertemu dengan pemain  timnas, ternyata ada seorang wartawan, entah itu wartawan TV atau wartawan surat kabar, ga sempet tanya, yang jelas tiba-tiba dia bertanya kepada kita.
“permisi mbak, boleh kita wawancarai sebentar ga?”
“ya, bisa, bisa”
“maaf, mbak-mbak ini datang dari mana?”
“wah..,kita datang dari penjuru kota, ada yang dari Jogja, klaten, Bantul, dan Purbalingga, kita satu kampus”
“oh…, mahasiswa mana mbak?”
“mahasiswa UNY jurusan PGSD” (promosi ni yey….)
“oh begitu, tadi dukung persiba atau dukung timnas?”
“dukung timnas dong”
“kenapa?
“ soalnya pemainnya keren-keren, trus wujud dari rasa nasionalisme kita” (sok bijak)
“bagaimana komentarnya mengenai pertandingan tadi, puaskah?”
“sebenernya kurang puas, karena pertandingan berakhir seri, dan kalau dilihat-lihat permainnya lebih bagus persiba dibandingkan dengan timnas” (mencoba menjawab apa adanya)
“Ooo begitu, tapi seneng ga bisa liat pertandingan langsung di stadion?”
“Ooooh iya, pasti seneng lah”
“oke, terimakasih untuk jawaban temen-temen semua” (si wartawan mulai sok kenal sama kita)
“oke…, siip” (wawancara berakhir)
            Aku dan teman-teman cewe sudah berdiri di dekat bus PSSI yang membawa timnas, disebelahku ada seorang cowo yang tidak aku kenal tiba-tiba ngajak ngobrol.
“mbak, ada spidol ga?”
“ga ada, buat apa emangnya?”
“buat minta tanda tangan”
“ga modal banget si lo?”
“ya… mbak, mumpung lagi ketemu, kapan lagi coba?”
“bener juga si, sana nyari spidol gih, nanti kalau udah dapet, aku gentian yang pinjem deh”
“rese lo ah…,eh… liat tu Egi Melkiansyah”
“eh iya….,Egi…Egi” aku panggil-panggil dia.
Kemudian disusul pemain lain, termasuk Yongki Aribowo, Kim Kurniawan, Kurnia Mega dkk. Dan tiba-tiba orang disampingku yang tadi tanya spidol sama aku ngmong dengan bahasa Jawa.
“woyo ….Yongki, Kim piye kabare Dab, kowe ijih eling karo aku tho? Aku koncomu SD,mbiyen awake dewe kerep dolan nag pinggir kali, eling tho? wah Dab…. Hebat tenan kowe saiki, kowe ojo lali karo kanca akrabmu iki yo…, oke Dab tak dongakke sukse dab!” (sok kenal)
            Aku cuma bisa ketawa, kenapa ada orang sePeDe itu. Perhatianku sekarang terfokus pada Yongki dan Kim, gila…..! tu cowo keren banget. Seolah kita sudah saling kenal maka aku mengangkat tanganku, dan tanganku disambut oleh Yongki  “Tossss…..!!!!”, tidak menyia-nyiakan kesempatan, aku pegang lengan tangannya, dan kucubit pipinya (alay…alay… sumpah alay banget). Hal yang sama kulakukan pada Kim Kurniawan, bedanya Kim lebih ekspresif daripada Yongki, Kim selalu senyum dan memberikan sambutan setiap aku keluarkan kata-kata pujian terhadapnya.
            Terlihat ada coach Rahmad Darmawan di belakang, seolah memang sudah kerasukan roh alay maka kuterikkan pada pelatih timnas itu.
“hei Om Rahmad, nitip kanca-kanca kula nggeh…! Sukses ya Om…!!” (sok kenal).
            Tiba saatnya para pemain timnas masuk ke dalam bus PSSI, tapi ada salah satu pemain yang menyita perhatian saya yaitu si bule Diego Micheles, dia itu pemain naturalisasi, jadi itu bule girang-girang sendiri, selalu senyam-senyum, kasih kissbye sama kita, kaya bule kesepian yang ga punya teman, atau mungkin karena kita wanita pribumi, yang dianggap lebih eksotis dibandingkan dengan wanita lain (mencoba memuji diri sendiri). So, untuk menyenangkan hatinya aku menyapanya dan ketika sudah masuk ke dalam bus, aku melambaikan tangan untuknya (yadeeehhhh….). para pemain sudah duduk di bangkunya masing-masing, dan headshet sudah terpasang di kedua telinga mereka, kecuali si Bule yang masih sempet aja kasih kiisbye sama kita. Selamat jalan pemain timnas, berjuang terus ya…..,
            Selesai sudah, saatnya menuju area parkir dan pulang. Di tengah perjalanan, kita bebarengan dengan para pemain persiba, beberapa diantaranya pemain bule yang sengaja disewa untuk membela klub yang dilatih M. Nasir tersebut. Sayang seribu sayang tidak satupun pemain persiba yang aku tahu, padahal pemain persiba tersebut selalu senyum dan melambaikan tangan pada kita, akhirnya untuk menghormatinya aku hanya membalas senyumnya, dan membalas lambaian tangannya. Dan….., hari semakin larut, langsung tancap gas menuju kost-kostan kita.
            Singkat cerita, setelah kita sampai kost, dengan berbusa-busa aku ceritakan pengalamanku pada teman-teman kost lain, apa lagi kalau bukan cerita aku bertemu dengan pemain timnas tersebut, kuceritakan dengan menggebu-gebu. Aduuuuhhh, baru inget ternyata aku belum mandi, jadi terpaksa cerita harus berhenti, daripada ga bisa tidur gara-gara tidak mandi, mending ga bisa tidur gara-gara kepikiran Yongki Aribowo deh…..hahahhahahha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar